kisah sufi 07-11 : Tugas Murid Junaid, Musa dan Seorang Wali Tuhan, Ibrahim dan Kematian, Bukti Cinta Pada Nabi , Kisah Raja dan Budak Hitam
EL-RO said :
kisah sufi 07-11
kisah sufi 07-11
Tugas Murid
Junaid
Junaid
Al-Baghdadi, seorang tokoh sufi, mempunyai anak didik yang amat ia senangi.
Santri-santri Junaid yang lain menjadi iri hati. Mereka tak dapat mengerti
mengapa Syeikh memberi perhatian khusus kepada
anak itu. Suatu saat, Junaid menyuruh semua santrinya untuk membeli ayam di
pasar untuk kemudian menyembelihnya. Namun Junaid memberi syarat bahwa mereka harus
menyembelih ayam itu di tempat di mana tak ada yang dapat melihat mereka. Sebelum matahari
terbenam, mereka harus dapat menyelesaikan tugas itu. Satu demi satu
santri kembali ke hadapan Junaid, semua membawa ayam yang telah tersembelih. Akhirnya
ketika matahari tenggelam, murid muda itu baru datang, dengan ayam yang masih
hidup. Santri-santri
yang lain menertawakannya dan mengatakan bahwa santri itu tak boleh
melaksanakan perintah Syeikh yang begitu mudah. Junaid lalu
meminta setiap santri untuk menceritakan bagaimana mereka melaksanakan
tugasnya. Santri pertama berkata bahwa ia telah pergi membeli ayam,
membawanya ke rumah, lalu mengunci pintu, menutup
semua jendela, dan membunuh ayam itu. Santri kedua bercerita bahwa ia membawa pulang
seekor ayam, mengunci rumah, menutup jendela, membawa ayam itu ke kamar mandi
yang gelap,
dan menyembelihnya di sana. Santri ketiga berkata bahwa ia pun membawa ayam itu
ke kamar gelap
tapi ia juga menutup matanya sendiri. Dengan itu, ia fikir, tak ada yang dapat
melihat penyembelihan
ayam itu. Santri yang lain pergi ke hutan yang lebat dan terpencil, lalu
memotong ayamnya.
Santri yang lain lagi mencari gua yang amat gelap dan membunuh ayam di sana. Tibalah
giliran santri muda yang tak berhasil memotong ayam. Ia menundukkan kepalanya,
malu karena
tak dapat menjalankan perintah guru, “Aku membawa ayam ke rumahku. Tapi di
rumahku tak ada tempat di mana Dia tak melihatku. Aku pergi ke hutan lebat,
tapi Dia masih bersamaku. Bahkan di tengah gua yang
teramat gelap, Dia masih menemaniku. Aku tak boleh pergi ke tempat di mana tak
ada yang
melihatku.
Musa dan
Seorang Wali Tuhan
Musa as meminta
Tuhan menunjukkan salah satu wali-Nya. Tuhan memerintahkan Musa untuk pergi ke
sebuah lembah. Di tempat itu, Musa menemukan seseorang yang berpakaian
compang-camping, kelaparan, dan dikerubungi lalat. Musa bertanya,
“Adakah sesuatu yang dapat aku lakukan untukmu?” Orang itu
menjawab, “Wahai utusan Tuhan, tolong bawakan aku segelas air.” Ketika Musa
kembali dengan
segelas air, orang itu telah meninggal dunia. Musa pergi lagi untuk mencari
sehelai kain untuk membungkus mayatnya, agar ia dapat menguburkannya. Ketika ia kembali
ke tempat itu, mayatnya telah habis dimakan singa. Musa merasa tertekan, ia berdoa, “Tuhan,
Engkau menciptakan semua manusia dari tanah. Ada yang berbahagia tapi ada juga yang tersiksa
dan hidup menderita. Aku tak dapat mengerti ini semua.” Suara Yang Agung menjawab, “Orang itu
bergantung kepada-Ku untuk semua hal. Tapi kemudian ia bergantung padamu untuk satu minuman.
Dia tak boleh lagi meminta bantuan kepada orang lain kalau ia telah rida dengan-Ku.”
Ibrahim dan
Kematian
Suatu hari,
Malaikat Maut datang menemui Nabi Ibrahim as untuk mengambil nyawanya. Ibrahim bertanya,
“Apa kau pernah melihat seorang kekasih mematikan orang yang dikasihinya?” Tuhan menjawab Ibrahim, “Apa
kau pernah melihat seorang kekasih tak mau pergi menjumpai orang yang
dikasihinya?”
Bukti Cinta
Pada Nabi
Alkisah, di
negeri Arab ada seorang janda miskin yang mempunyai anak. Karena anaknya
menangis kelaparan,
janda itu terpaksa harus meninggalkan rumahnya untuk berkelana mencari wang. Di
depan sebuah
masjid, ia bertemu seorang muslim dan meminta bantuan. Anakku yatim dan
kelaparan, aku minta pertolonganmu, kata janda itu. Mana buktinya? Lelaki muslim
bertanya. Janda itu tidak boleh membuktikan karena ia sendiri orang asing di tempat itu. Akhirnya
lelaki muslim itu tidak menolongnya. Setelah itu, janda miskin bertemu dengan seorang Majusi. Ia pun
meminta pertolongannya. Orang Majusi itu membawanya ke rumahnya dan memuliakannya dengan
memberikan wang dan pakaian. Pada malam harinya, lelaki muslim yang menolak menolong itu
bermimpi bertemu dengan Rasulullah saw. Semua
orang mendatangi Nabi dan Nabi menyambut orang-orang itu dengan baik. Ketika
tiba giliran
lelaki itu mendatang Rasulullah saw, Nabi mengusirnya dan menyuruhnya pergi.
Lelaki itu berteriak, Ya Rasulullah, aku ini umatmu yang mencintaimu juga.
Rasulullah saw bertanya, Mana buktinya? Lelaki itu tersadar bahwa Rasulullah saw menyindirnya karena ia
telah meminta bukti saat diminta pertolongan. Ia
menangis. Rasulullah saw lalu menunjukkan sebuah taman yang indah dan gedung yang
megah di surga. Lihat ini, kata Rasulullah saw, seharusnya aku berikan semua
ini untukmu. Tapi karena kau tidak menolong janda dan anak yatim itu, aku berikan
semua ini pada seorang Majusi. Pagi harinya, lelaki itu terbangun. Dia lalu mencari janda miskin
dan ternyata dia menemukannya sedang berada di rumah seorang Majusi. Ikutlah kau bersamaku, pinta
lelaki itu kepada si janda. Tetapi orang Majusi
tidak mau menyerahkannya. Aku akan beri kau ribuan dinar asal kau mau menyerahkannya,
lelaki muslim berkata. Orang Majusi tetap tidak mau. Lelaki muslim itu akhirnya jengkel
dan berkata, Janda ini adalah orang Islam. Seharusnya yang menolongnya adalah sesame muslim
juga! Orang
Majusi itu lalu bercerita, Tadi malam aku bermimpi bertemu Rasulullah saw.
Beliau berkata bahwa beliau akan memberikan kepadaku surga yang semula akan
diberikan kepadamu. Ketahuilah bahwa pagi ini ketika aku terbangun, aku langsung masuk Islam dan
menjadi pengikut Rasulullah saw karena aku telah menunjukkan bukti bahwa aku adalah salah seorang
pecintanya. Lelaki Majusi itu telah menunjukkan bukti kecintaannya kepada
Rasulullah saw dengan memberikan pertolongan
kepada orang yang memerlukan.
Kisah Raja dan
Budak Hitam
Raja Harun
Al-Rasyid, seorang dari keturunan Bani Abbasiyah, memiliki seorang budak
perempuan yang berparas buruk, berkulit hitam, dan tidak enak dipandang mata. Pada
suatu hari, Raja menaburkan wang untuk semua budaknya. Para budak saling
berebut dan berlomba untuk mendapatkan wang tersebut kecuali seorang budak
perempuan hitam yang buruk rupa itu. Ia tetap diam dan hanya memandang wajah Baginda. Raja
merasa amat kehairanan dan bertanya, Mengapa kau diam saja? Ikutlah bersama
teman-temanmu memperebutkan wang. Budak itu menjawab, Wahai Baginda khalifah, jika semua budak
berlomba untuk mendapatkan wang taburan Baginda, maka yang hamba impikan berbeda dengan mereka.
Yang hamba angankan bukan wang taburan itu tapi yang hamba inginkan adalah sang pemilik wang
taburan itu.
Mendengar
jawaban budak itu, Raja Harun tercengang dan merasa takjub. Karena rasa agumnya,
ia jadikan
budak itu sebagai permaisurinya. Berita
perkawinan seorang raja dengan budaknya tersebar kepada para pejabat lainnya.
Mereka semua mencemooh Raja Harun dan mencela Raja yang mempersunting seorang
budak hitam. Raja mendengar semua cemoohan ini, ia lalu mengumpulkan semua pejabat itu dan
menegur mereka. Kemudian Raja memerintahkan untuk mengumpulkan semua budak di
negerinya. Ketika semua budak telah berkumpul di hadapan Raja, Raja memberikan kepada
masing-masing budak segelas berlian untuk
dihancurkan. Namun, semua budak menolak pemberian itu. Kecuali si budak hitam
yang buruk rupa itu. Tanpa ragu, gelas itu
diterima dan ia pecahkan. Menyaksikan hal ini, para pejabat itu berkata,
Lihatlah budak hitam yang berperilaku sangat menjijikan ini!
Raja lalu
menoleh ke arah budak hitamnya dan bertanya, Mengapa kau hancurkan gelas itu?
Budak hitam
menjawab, Aku lakukan hal ini karena perintahmu. Menurut
pendapat hamba, jika gelas ini aku pecahkan, berarti aku telah mengurangi
perbendaharaan Khalifah. Tapi jika hamba tidak lakukan perintah Tuan, berarti aku telah
melanggar titah Khalifah. Bila gelas ini hamba
hancurkan, hamba pastilah seorang yang gila. Namun bila gelas ini tidak hamba
pecahkan, berarti hamba telah melanggar perintah Khalifah. Bagiku, pilihan yang pertama
lebih mulia daripada yang kedua. Mendengar jawaban yang singkat itu, semua
pejabat yang hadir di tempat itu tercengang dan mengakui kecerdasan budak hitam
itu. Akhirnya mereka
menaruh hormat kepadanya dan memahami mengapa sang Khalifah jatuh hati
kepadanya.
Post a Comment for "kisah sufi 07-11 : Tugas Murid Junaid, Musa dan Seorang Wali Tuhan, Ibrahim dan Kematian, Bukti Cinta Pada Nabi , Kisah Raja dan Budak Hitam"