Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
النُّصُوْصُ قَدْ إِنْتِهَى وَالْوَقَائِعُ غَيْرُ مُتَنَهِيَة # صَلِحٌ لَكُلِّ زَمَان وَمَكَان

MAKALAH PENGERTIAN DAN RANAH KAJIAN STILISTIKA

MAKALAH
PENGERTIAN DAN RANAH KAJIAN STILISTIKA
 
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Study Stilistika Al-Qur’an
Dosen : Ali Mahfudz, M.S.I.




Disusun Oleh :
Muh. Amin (1631034)
PRODI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR V
FAKULTAS USHULUDIN DAN DAKWAH
IAINU KEBUMEN
2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul “Pengertian Dan Ranah Kajian Stilistika”.
Sholawat dan Salam semoga tercurahkan kehadirat junjungan kita Nabi besar Muhammad Shallallah ‘Alaihi Wa Sallam yang telah membawa ajaran yang benar yaitu ajaran Islam. Semoga kita diberi safa’at-Nnya besok di yaumil akhir amin, ya robbal alamin.

Penyusun berusaha semaksimal mungkin agar penyajian makalah ini dapat digunakan untuk mengetahui apa itu stilistika dan ranah kajian stilistika Al-Qur’an. Di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat perbaikan dari dosen pembimbing dan teman-teman sekalian akan kami terima dengan senang hati.

Kebumen, 25 September 2018
Penyusun
Muh Amin

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ............................................................................... 2
DAFTAR ISI .............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 4
A. Latar Belakang................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 5
A. Pengertian Stilistika........................................................................... 5
B. Macam-macam Stilistika................................................................... 6
C. Ranah Kajian Stilistika...................................................................... 8
D. Fonologi dan Efek yang Ditimbulkan............................................... 8
E. Pilihan lafal dan Efek yang Ditimbulkan.......................................... 9
F. Pilihan kaliat dan Efek yang Ditimbulkan........................................ 12
G. Deviasi............................................................................................... 13
BAB III PENUTUP.................................................................................... 14
A. Kesimpulan......................................................................................... 14
B. Saran .................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 15

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Arab pertama kali dikenal sebagai bahasa orang-orang di Jaziarh Semenanjung Arabia, kemudian setelah datangnya agama Islam dikenal pula sebagai bahasa agama sebab Al-Qur’an sebagai pedoman hidup kaum muslimin itu dituliskan dalam bahasa Arab yang sangat indah susunan dan rangkaian kalimatnya.

Bahasa Arab juga dikenal sebagai bahasa Ilmu Pengetahuan sebab begitu banyak ilmu pengetahuan di masa perkembangan Islam yang dituliskan dalam bahasa ini, lalu ditahapan perkembangan selanjutnya bahasa Arab telah menjadi bahasa dunia. Bahasa Arab tidak hanya digunakan oleh sekelompok masyarakat Arab atau pemeluk agama Islam saja, tetapi telah diakui sebagai bahasa komunikasi di PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).

Perlu sekali bagi kita (terutama umat Islam) untuk mengetahui secara singkat tentang ilmu-ilmu Al-Qur’an dan segala yang terkandung di dalamnya, sebagai wujud bakti kita terhadap kitab yang mulia ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah :
1. Apa itu Stilistika menurut bahasa dan istilah?
2. Macam- macam Stilistika?
3. Apa saja ranah kajian Stislistika?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian Stilistika menurut bahasa dan istilah.
2. Untuk mengetahui macam-macam Stilistika.
3. Untuk mengetahui ranah kajian Stilistika.

BAB II
PEMBAHASAN
STILISTIKA AL-QUR’AN

A. Pengertian Stilistika (Uslub)

Sebelum membahas lebih jauh tentang gaya bahasa repetisi dalam AL-Qur’an alangkah baik dijelaskan tentang pengertian gaya bahasa itu sendiri. Gaya bahasa (uslub) secara bahasa adalah thariqah atau seni dalam berbicara atau aktifitas atau kaifiyah atau metode/cara.

Kata stilistika (bahasa Inggris: style ) berasal dari bahasa latin stylus, yang maknanya bulu burung. Kemudian secara majaz beralih kepada pengertian-pengertian yang semuanya berhubungan dengan cara menulis. Dan bertalian dengan tulisan tangan yang menunjukan manuskrip-manuskrip, kemudian digunakan untuk sebutan terhadap ekpresi pengungkapan bahasa sastra.

Sedang menurut istilah, gaya bahasa adalah metode/cara menyusun kalimat dan pemilihan kata dalam mengungkapkan ide, perasaan atau isi hati. Sedang menurut ash Shoifi dan kawan-kawan, uslub adalah cara para sastrawan atau pujangga dalam mengungkapkan perasaan, ide, fikirannya yang berasal dari perenungannnya.[1]

Stilistika atau uslub sangat erat kaitannya dengan situasi dan kondisi waktu dan orang yang berbicara dan orang yang diajak bicara, misalnya uslub bertanya akan berbeda dengan uslub orang memuji, uslub memohon tentu akan berbeda dengan uslub member kabar berita, uslub berita duka cita dengan uslub berita suka cinta tentu akan berbeda, dan lain-lain. Tentunya antara satu uslub dengan uslub yang lain akan berbeda dalam pemilihan kata maupun penyusunan kalimatnya. Dilihat dari segi penerima pesan (mukhatab) maka uslubnya juga harus berbeda antara satu orang dengan yang lainnya, misalnya mengungkapkan ide kepada peragu akan berbeda dengan yang ingkar, orang awam dengan cendekiawan tentu uslubnya harus berbeda.

Al-Qur’an sebagai firman Allah juga mempunyai uslub yang beraneka macam. Hal ini dikarenakan konteks yang berbeda dan mukhatab yang berbeda, misalnya tatkala Allah berbicara kepada orang yang beriman dengan orang yang kafir, perintah kepada manusia secara umum dengan perintah kepada orang beriman juga berbeda, dan lain sebagainya.

Teori klasik tentang bahasa bisa dilengkapi dengan pendapat al-Jahiz (w. 225/868) tentang filosofi bahasa sebagai perangkat komunikasi. Al-Jahiz menyatakan bahwa makna (ma’ani) adalah sesuatu yang berada dalam benak seseorang, terkonstruk sedemikian rupa, dan tersimpan di wilayah jiwa manusia yang paling dalam, tersembunyi dan sangat jauh, sehingga tidak bisa diketahui oleh orang lain dari se pemilik makna kecuai dengan menggunakan perantara. Perantara ini bisa jadi berupa symbol bunyi bahasa yang tertulis dan disepakati dalam komunitas tertentu atau berupa perangkat lainnya. Dalam istilah linguistic modrn, elemen-elemen bahasa sebagai perangkat komunikasi, baik yang tertulis maupun yang tidak, dinamakan kode. Dalam hal ini, al-Jahiz menyebut lima bentuk kode komunikasi, yakni kata (lafazh), tanda atau isyarat (isy’arah), konvensi (‘aqd), kondisi tertentu (hal), korelasi (nisbah).[2]

B. Macam-macam Stilistika (Uslub)

Kata dan kalimat yang digunakan dalam mengungkapkan isi antara satu orang dengan yang lainnya tentu berbeda, kata yang digunakan adakalanya halus, jelas dan enak didengar, bahkan ada yang khusus, umum, rinci dan singkat, hakiki dan majaz dan lain sebagainya. Begitu pula dalam pemilihan kalimat, ada yang menggunakan kalimat ismiyah atau fi’liyah, ada yang ringkas dan panjang, ada yang menggunakan kalimat berita dan pernyataan. Dari aneka ragamnya penggunaan kata dan kalimat itu maka gaya bahasa (stilistika) dibagi menjadi tiga, yaitu ;[3]

1. Stilistika Ilmiah

Gaya bahasa ini jauh dari pengaruh perasaan penulisnya dan akan berdasarkan data dan eksperiman yang ada, menggunakan analisis logika mantiqi dan jauh hayalan perasaan penulis, bahasanya jelas dan mudah difahami. Gaya bahasa ini tidak menggunakan bahasa yang multi tafsir akan tetapi jelas dan tanpa menggunakan kata atau kalimat majaz.[4]

Ciri gaya bahasa ini adalah :
a. Temanya tidak terpengaruh perasaan penulis
b. Berdasarkan pengalaman
c. Menggunakan logika berfikir
d. Bahasa yang digunakan mudah dan tidak mengandung multi tafsir
e. Ada data pendukung, misalnya hasil penelitian, diagram, dan lainnya

2. Stilistika Sastra

Gaya bahasa sastra ini sangat dipengaruhi oleh perasaan pengarang atau penulisnya sehingga gaya bahasa ini sering menggunakan kata dan kalimat yang multi tafsir, indah sesuai kemampuan pengarang atau penulisnya, penuh majaz dan tasybih.

Ciri gaya bahasa ini adalah:
a. Temanya sangat terpengaruh dengan jiwa pengarang atau penulis
b. Ungkapannya berdasarkan pengalaman pribadi
c. Bahasanya penuh keindahan dan multi tafsir

3. Stilistika Orator

Orator adalah seni menghadapi orang banyak. Dalam menghadapi orang banyak tentu memerlukan gaya bahasa tersendiri, yaitu kata dan kalimatnya harus logis, argumentative dan didukung dengan penjelasan yang menarik. Bahasa yang digunakan harus menarik, kuat pengaruhnya sehingga pendengar bisa terpengaruh. Bahasa ini banyak digunakan untuk kampanye, promosi dagangan dan lainnya.

Ciri gaya bahasa ini adalah :
a. Argumentatif
b. Menggunakan kalimat tanya dan jawab
c. Ungkapannya berpengaruh

C. Ranah Kajian Stilistika

Stilistika mengkaji seluruh fenomena bahasa mulai dari fonologi (bunyi bahasa hingga semantic (makna dan arti bahasa). Syukri Muhammad ‘ayyad, 1982, hal 41, agar ranah kajian tidak terlau luas, kajian stilistika biasanya dibatasi pada teks tertentu, dengan memperhatikan preferensi penggunaan kata atau struktur bahasa, mengamati anatara hubungan-hubungan pilihan itu mengidentifikasi cirri-ciri stilistik seperti sintaksis (tipe struktur kalimat), leksikal (penggunaan kelas kata tertentu), restorasi atau deviasi (penyimpangan dari kaidah umum tata bahasa). (Puji Sudjirman, 1993, hal 10).[5]

Dengan demikian ranah kajian setilistika meliputi :
a. Fonologi
b. Preferensi lafal
c. Preferensi kalimat
d. Deviasi

1. Fonologi dan Efek yang Ditimbulkan

Fonologi adalah bidang linguistic yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. ( Harimukti Kridalaksana, 1983, hal 45). Bunyi- bunyi bahasa pada dasarnya terbagi dua, konsonan dan vocal. Konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat aliran udara pada salah satu tempat saluran suara di atas glottis (misalnya : b, c dan d ). Vocal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan getaran pita suara dan tanpa penyempitan dalam saluran suara di atas glottis (misalnya : a, I, u, e, o ). (Hari mukti kridalaksana, 1983, hal 91, 177).

Penelitian terhadap hubungan fonologi dengan efek yang ditimbulkan telah lama dilakukan para ulama, antara lain oleh al-Khalil bin Ahmad, Sibawaih dan Abu Fatah Usman bin Juny. (Mahmud Ahmad Najlah, 1981, hal 332-334). Efek tersebut terbagi dua yaitu efek fonologi terhadap keserasian, kedua efek fonologi terhadap makna.

a. Efek fonologi terhadap keserasian

Pemilihan huruf dalam al-Qur’an dan penggabungan antara kosonan dengan vocal sangat serasi sekali, sehingga memudahkan dalam pengucapan.
Yang dimaksud dengan keserasian dalam tata bunyi al-Qur’an adalah keserasian dalam pengaturan harakah (tanda baca menimbulkan bunyi a,I,u) sukun (tanda baca mati) madd (tanda baca yang menimbulkan bunyi panjang) dan gunnah (nasal) sehingga enak didengar dan diresapkan.
Muhammad Abdul Adzim az-Zarqoni, hal 205, tatkala kita mendengarkan al-Qur’an surah dan ayat mana saja, yang dibaca dengan baik dan benar. Akan terdengar irama, nada music mengalun yang sangat mengagumkan, huruf-huruf menyatu, sehingga sulit untuk dipilah-pilah satu sama lainnya.

b. Efek fonologi terhadap makna

Bahasa terdiri dari atas lambang-lambang, yaitu tanda-tanda yang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang lain. Di dalam bahasa, tanda terdiri atas rangkaian bunyi yang pada ragam tulis dialihkan ke dalam tanda-tanda visual, yaitu huruf dan tanda baca.
Hubungan antara rangkaian bunyi tertentu dan makna yang dinyatakan bersifat arbiter semata, tidak ada hubungan yang wajar antara lambing dan objek yang dilambangkannya (Panuti Sudjiman, 1993 hal. 9 ). Namun demikian jika ada bunyi lafal yang menyerupai atau menunjuk kepada makna yang dikandung, maka makna ini dianggap lebih kuat (Mahmud Ahmad Najlah, 1981, hal. 335).

2. Pilihan Lafal dan Efek yang Ditimbulkan

Ragam lafal dalam al-Qur’an jumlahnya banyak sekali, sebanyak ragam yang ada dalam bahasa Arab, maka dalam kesempatan ini akan dipilih beberapa diantaranya, yaitu : lafal-lafal yang berdekatan maknanya, homonim, dan lafal-lafal yang tepat maknanya.[6]

a. Penggunaan lafal-lafal yang berdekatan maknanya.

Khazanah literature Arab tentang “sinonim” biasanya disebut dengan tadaruf dan masih diperdebatkan, apakah mengandung makna kesamaan dari beberapa kata yang berbeda ataukah merupakan rincian sifat dari makna asal?

Menurut Harimurti Kridalaksana bahwa definisi sinonim/ leksikal adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain; kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja.[7]

Pendapat Henry Guntur Tarigan yang mengatakan bahwa sinonim adalah kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda dalam konotasi. Dalam kasus-kasus tertentu sinonim pempunyai makna denotative, seperti persekot, uang muka, pajak.

Aisyah bintu Syathi dalam Hani M. Atiyah mengatakan bahwa sinonim merupakan bukti kekayaan bahasa, disisi lain bahwa setiap kata memiliki satu arti. Sedangkan pendapat-pendapat mengenai keberadaan atau ketidakberadaan sinonim tidak meyakinkan. Dia juga mempertahankan bahwa al-Qur’an dalam sebagian besar terikat secara murni tidak mendukung adanya sinonim. Kata sholat dan doa secara sinonim mempunyai arti permohonan, namun didalam al-Qur’an penggunaannya berbeda , kta doa secara leksikal berarti “ permohonan”, sedang sholat digunakan secara metaforik yang diacuhkan kepada “sembahyang”.

Seperti kata zauj dan imra’ah. Lafal zauj dipergunakan dalam konteks kehidupan suami istri yang penuh kasih saying, sedangkan lafal imra’ah dipergunakan dalam konteks kehidupan suami istri yang kurang terjalin kasi saying, baik karena alasan belainan aqidah ataupun karena penghianatan.

b. Penggunaan Homonim

Homonim berasal dari bahasa yunani : homos = sejenis; onoma = nama. Dalam ilmu bahasa homonym adalah kata-kata yang sama bunyinya tetapi mengandung arti dan pengertian berbeda (Henry Guntur Tarigan, 1986, hal. 30).

Namun ada juga yang menyatakan homonim terjadi, antara lain karena perbedaan dialek dalam satu bahasa serta perindahan dari makna asal kemakna majaz, yang mana hal ini kemudian banyak dipergunakan orang-orang sehingga seakan-akan semuanya menjadi makna hakiki (Ali Hasaballah, 1976, hal, 287).

Lafal quru’ adalah salah satu homonim dalam al-Qur’an, terdapat dalam surat al-Baqarah: 228. Asy-syafi’I mengartikannya suci, sedangkan Abu Hanifah mengartikan haid.

c. Penggunaan Lafal-lafal Yang Tepat Makna

Pilihan kata merupakan sesuatu yang penting dalam struktur kalimat karena kata merupakan wahana ekpresi utama, setiap kata akan mempunyai beberapa fungsi, baik fungsi makna, fungsi bunyi, maupun fungsi pengungkapan nilai estetika bentuk lainnya. Karena itu ketepatan pemilihan kata tidak hanya sekedar bagaimana satu makna bisa diungkapkan, akan tetapi apakah kata yang dipilih itu benar-benar mampu mengungkapkan satu ekpresi yang melahirkan pesan-pesan tertentu tanpa meninggalkan aspek estetisnya.

Sebagai contoh dalam surat maryam (19: 3-6) Zakaria dilukiskan sebagai orang tua-renta yang sudah lemah dan penuh uban, namun ia tetap berdoa kepada Allah agar diberi keturunan. Untuk menggabarkan kondisi tua-renta al-Qur’an memilih lafal wahanal azmu minni (tulangku telah lemah) bukan wahanal-lahmu minni (dagingku telah lemah). Tulang adalah tempat daging menempel, kalau tulang sudah lemah apalagi daging, tetapi tidak bisa sebaliknya yaitu jika daging lemah otomatis tulangnya pun lemah.[8]

Sydney M. Lamb menyatakan bahwa area struktur kebahasaan termasuk termasuk dalam leksikologi dan semantic. Beberapa fenomena yang harus dipertahankan adalah :
1. Satu kata dapat memiliki lebih dari satu makna
2. Berbeda kata bisa memiliki satu makna
3. Makna beberapa kata dapat dianalisis melalui analisis komponen
4. Kombinasi-kombinasi dari kata-kata tertentu mempunyai makna-makna yang berbeda dari kombinasi makna-makna tersendiri
5. Beberapa pasangan kata-kata memiliki makna yang bersebrangan
6. Makna beberapa kata termasuk dalam makna-makna lain.
3. Pilihan Kalimat dan Efek yang Ditimbulkan

Pilihan kalimat maksudnya adalah suatu ragam kalimat yang dipilih sebagai media penyampai pesan-pesan yang juga memiliki pengaruh terhadap makna-maknanya. Ragam kalimat dalam Al-Qur’an banyak sekali diantaranya:

a. Penggunaan kalimat tanpa fa’ilnya

Suatu kalimat minimal terdiri dari fi’il (verba) dan fa’il (pelaku verba). Namun dalam kasus-kasus tertentu fa’il terkadang tidak disebutkan. Dalam literasi sastra Arab ada beberapa cabang kajian yang menjelaskan hal itu, diantaranya adalah Ilmu Nahwu (sintaksis)yang menjelaskan bentuk naibul fa’il (pengganti fa’il); Ilmu Shorof (morfologi) yang menjelaskan bentuk fi’il mabni majhul dan Ilmu Balaghoh (retorika) yang mnjelaskan alasan kenapa fa’il dibuang.

b. Penggunaan kalimat yang beragam

Yang dimaksud penggunaan kalimat yang beragam disini adalah ragam kalimat untuk menyampaikan pesan (khitab) tertentu. Berikut contohnya adalah :
1. Pesan perintah misalnya lafad amara , seperti dalam surat al-A’raf (7:29), lafal kutiba, seperti dalam surat al-Baqarah (2: 183), lafal fi’il amr seperti dalam surat al-A’raf (7: 29).
2. Pesan larangan misalnya lafal naha. Seperti dalam surat an-Nisa (4: 161), lafal harrama, seperti dalam surat al-Baqarah (2: 173) lafal laisal birr, seperti dalam surat al-Baqarah (2: 177), lafal la’ seperti dalam al-Qur’an surat Hud (11: 70)

4. Deviasi

Ada dua perinsip yang berlaku dalam kode bahasa sastra, yaitu prinsip ekuivalensi atau kesepadanan dan prinsip deviasi atau penyimpangan ( A. Teeuw, 1983, hal. 19).
Pemanfaatan atau pemilihan diantara dua perinsip tersebut tergantung kepada pengaruh atau efek yang dikehendaki. Jika menghendaki keteraturan dan keselarasan kaidah bahasa maka perinsip ekuivalensi yang digunakan, jika menghendaki kesegaran dan ketidakjenuhan pembaca maka prinsip deviasi yang digunakan.

Prinsip deviasi bisa berupa penyimpangan ragam sastra maupun struktur bahasa. Misalnya firman Allah dalam surat al-Fatihah (1-7). Pada ayat ini ada perpindahan struktur kalimat dari an’ amta ‘alaihim (engkau telah memberikan nikmat kepada mereka) ke goiril magdhubi ‘alaihi (bukan orang-orang yang dimurkai.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Stilisika adalah metode/cara menyusun kalimat dan pemilihan kata dalam mengungkapkan ide, perasaan atau isi hati. Sedang menurut ash Shoifi dan kawan-kawan, uslub adalah cara para sastrawan atau pujangga dalam mengungkapkan perasaan, ide, fikirannya yang berasal dari perenungannnya.

2. Stilistika dibagi menjadi tiga yaitu
a. Stilistika ilmiah
b. Stilistika sastra
c. Stilistika orator

3. Ranah kajian stilistika meliputi :
a. Fonologi (bidang bahasa yang menyelidiki bunyi-bunyi)
b. Preferensi lafal (pilihan lafal dan efek yang ditimbulkan)
c. Preferensi kalimat ( pilihan kalimat dan efek yang ditimbulkan)
d. Deviasi (prinsip ekuivalensi atau kesepadanan dan deviasi atau penyimpangan

B. Saran dan Kritik

Demikian makalah yang kami susun, semoga bermanfaat. Apabila terdapat kesalahan kata dan penyusunan kami memohon kritik dan saran serta permohonan maaf yang sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Hasmi, Achmad Hashona. 2014. Stilistika Doa Nabi Ibrahim AS Dalam Al-Qur’an. Semarang :DIPA
Nur, M. Kholis Setiawan. 2005. Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar : elSAQ Press
https ://mohwasil2020. Wordpress.com/2011/07/23/stilistika-al-qur’an



[1] . Achmad Hasmi Hashona, Stilistika Doa Nabi Ibrahim AS Dalam Al-Qur’an, (Semarang : DIPA, 2014) hlm. 19
[2] . M. Nur Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, ( Yogyakarta : el- SAQ Pres, 2005), hlm. 158
[3] . Achmad Hasmi Hashona, Stilistika Doa Nabi Ibrahim As. Dalam Al-Qur’an, ( Semarang, DIPA, 2014), hlm. 21
[4] . Achmad Hasmi Hashona, Stilistika Doa Nabi Ibrahim AS. Dalam Al-Qur’an, (Semarang, DIPA, 2014), hlm. 22
[5] . https://mohwasil2020. Wordpress. Com/2011/07/23/stilistika al-qur’an, html. diakses pada minggu, 30 september 2018, pukul 06.00 wib.
[6] . https:mohwasil2020.wordpress.com/2011/07/23/stilistika al-qur’an,html.diakses hari minggu, 30 september 2018, jam 06.00 wib.
[7] . Achmad Hasmi Hashona, Stilistika Doa Nabi Ibrahim AS. Dalam Al-Qur’an, (Semarang, DIPA, 2014), hlm. 61
[8] .https://mohwasil2020.wordpress.com/2011/07/23/stilistika-al-qur’an,html, diakses hari minggu,30 september2018, jam 06.00 wib.

Post a Comment for "MAKALAH PENGERTIAN DAN RANAH KAJIAN STILISTIKA"