manuskrip Al Qur’an pada masa Dinasti Bani Umayyah
A. Latar Belakang
Melestarikan
ilmu pengetahuan telah lama dirintis. Kaum intelektual Muslim menuangkan
pemikiran dan gagasan mereka dalam sebuah karya. Maka itu, banyak manuskrip
yang berisi catatan pemikiran gemilang mereka. Lalu, menjadi warisan dan
rujukan bagi generasi Muslim selanjutnya.[1]
Mempelajari mata kuliah Studi
Manuskrip Al Qur’an merupakan salah satu kwajiban mahasiswa prodi IQT fakultas
Ushuluddin. Dengan tujuan memperdalam keilmuan, dan meningkatkan keimanan serta
ketaqwaan kepada Allah, sehingga terwujudlah mahasiswa yang cerdas, beriman,
bertaqwa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung didalam Al Qur’an dan Al
Hadits.
Dari makalah
yang disusun, penyusun berharap mampu
memberikan kontribusi yang positif akan gambaran tentang Manuskrip Al Qur’an
pada masa Dinasti Bani Umayyah yang
lebih dapat diaplikasikan dalam memperdalam kelimuan tentang tafsir Al Qur’an
serta mampu mengaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan
dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah :
1. Bagaimana
Al Qur’an pada masa Dinasti Bani Umayyah?
2. Bagaimana
manuskrip Al Qur’an pada masa Dinasti Bani Umayyah?
C. Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan penulisan
atau penyusunan makalah adalah
1.
Mengetahui Al Qur’an pada masa
Dinasti Bani Umayyah
2.
Mengetahui manuskrip Al Qur’an
pada masa Dinasti Bani Umayyah
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Al
Qur’an pada masa Dinasti Bani Umayyah
Pada Masa Bani
Umayyah tulisan al-Qur’an masih sangat sederhana (gundul), kecuali setelah Abu
al-Aswad ad-Duali diperintahkan oleh Ziyad ibn Abihi seorang gubernur di Basrah
(55 H) pada masa kepemimpinan Mu‟awiyah ibn Abu Sufyan (41- 60 H/661-683)telah
memerintahkan kepada Abu al-Aswad ad-Duali untuk menciptakan syakal-syakal yang
berfungsi untuk membuktikan adanya huruf hidup kemudian disempurnakan oleh
kedua muridnya, yaitu Nashr ibn Ashim al Laitsi (w.707 M) dan Yahya ibn Ya’mur
al-Udwan al-Laitsi (w. 708 M) yang diperintahkan oleh al-Hajjaj ibn Yusuf
as-Tsaqafi (694-914 M) seorang gubernur bawahan dari Irak oleh Abdul Malik ibn
Marwan (65-86 H/685-705 H). Al- Hajjaj ibn Yusuf as-Tsaqafi memerintahkan
kepada Nashr ibn Ashim al-Laitsi dan Yahya ibn Ya‟mur al-Udwan al-Laitsi untuk
menciptakan titik-titik (berupa diagonal) pada huruf-huruf al-Quran sebagai
pembeda antara huruf Ba, Ta, Tsadan seterusnya,kemudian disempurnakan lagi oleh
al-Khalil ibn Ahmad al-Farahidi al-Busairi (170 H/786 M) sistem yang digunakan
al-Khalil ibn Ahmad al-Farahidi al-Busairi masih berpegang teguh pada sistem
penitikan Abu al-Aswad ad-Du‟ali, Nashr ibn Ashim al-Laitsi dan Yahya ibn
Ya‟mur al-Udwan al-Laitsi. Namun, al-Khalil ibn Ahmad al-Farahidi al-Busairi
menempatkan kembali titik-titik pembeda seperti yang dilakukan oleh Abu
al-Aswad ad Duali untuk huruf-huruf yang bersamaan bentuknya dengan menggunakan
satu jenis warna tinta.[2]
2.
Manuskrip
Al Qur’an pada masa Dinasti Bani Umayyah
Setelah proses
Pengumpulan Al-Quran pada masa Khalifah Utsman yang sangat membantu. Proses
penulisan dan penyempuraan Al-Quran terus dilakukan dan berlanjut pada masa
bani Umayyah. Pada masa ini, corak penulisan Al-Qur’an mengalami perkembangan
yang bagus, karena pada masa itu Abdul Malik bin Marwan sebagai khalifah
menetepkan bahasa Arab sebagai bahasa resmi kerajaan, sehingga proses penulisan
Al-Quran dilakukan dengan Baik dan rapi. Sehingga para muallaf lebih mudah
untuk memahami Al-Quran.
Diantara corak penulisan Manuskrip pada masa
Bani Umayyah yaitu :
a.
Tulisan Hijaz
Tulisan Hijaz
adalah tulisan atau huruf Arab pertama yang dikembangkan di Hijaz atau daerah
yang meliputi Makkah dan Madinah. Ciri Tulisan ini yaitu cenderung ke kanan dan
belum mengandung titik seperti mushaf yang kit abaca pada saat ini.[3] Ibn al-Nadim: “(Model) tulisan Arab pertama adalah adalah (model)
tulisan Makkah, lalu Madinah, kemuduian Basrah, dan terakhir Kufah. Untuk huruf
alif pada model tulisan Makkah dan Madinah, terdapat bengkokan ke kanan,
pemanjangan gerakan pen, satu bentuk yang memilki posisi agak miring. (dikutip
“Manuscript of the Qur’an”). Bentuk tulisan Hijazi (Hijazi script) tidak
berarti berasal dari Hijaz, tapi menunjukkan pada ciri-ciri tertentu: posisi
dan bentuk alif, serta bentuk panjang huruf.
·
Penanggalan manuskrip à paroh kedua abad 1 H./7 M.
·
Tidak adanya alif pada qala merupakan
ciri manuskrip saat itu.
·
Fragmen-fragmen (bagian-bagian) manuskrip
Hijazi yang ditemukan di San’a’ mengandung variasi qira’at yang belum
didokumentasikan dalam literatur-literatur belakangan. Selain itu, urutan
surat-surat al-Qur’an berbeda dengan susunan surat yang ada di dalam Mushaf Utsmani,
kodeks Ibn Mas‘ud dan Ubayy (pandangan Puin).[4]
Manuskrip Sana’a
Ditemukan
di Yaman pada tahun
1972, dianggap (oleh sebagian orang) sebagai versi paling tua dari Qur'an. Ciri-ciri
manuskrip Sana’a: (1) huruf kurus (slender), (2) tersebar
secara teratur, (3) spasi antar huruf identik, (4) klaster titik-titik
menunjukkan menunjukkan akhir ayat, (5) harakat belum ada, (6) titik-titik
diakritik (pembeda huruf) telah ada tapi belum konsisten dan tidak ada kesamaan
antar copyist, tergantung pada kebiasaan mereka, (7) jumalah baris pada
setiap halaman tidak sama, (8) ada spasi kosong antarsurat, (9) dekorasi masih
kasar, (10) nama surat ditulis dengan tinta merah.[5]
b.
Tulisan Kufi
Banyak perdebatan tentang tulisan ini, sebagian
orang percaya bahwa tulisan Kufi merupakan Kaligrafi Arab tertua dan sumber
dari kaligrafi Arab pada saat ini. Dinamakan demikian karena berasal dari Kufah
dan menyebar ke seluruh dunia. Pendapat kedua menyatakan bahwa tulisan itu
sudah dikenal sebelum Kufah ada, yaitu di daerah Mesopotamia.[6]
Contoh Manuskrip
pada masa Bani Umayyah. Manuskrip Al-Qur’an masa Bani Umayyah, khalifah Walid
bin Malik pada akhir abad pertama Hijriah.
Akhir abad pertama Hijriah, atau
710-715 masehi pada pemerintahan Walid bin Abdul Malik. Ukuran manuskripnya sekitar
51cm x 47 cm.
Ini
pada setengah dari abad pertama Hijriah atau akhir abad ke 7 Masehi dan awal
abad ke 8 Masehi. Manuskrip menggunakan khot Kufi.
Kemudian
dibawah ini merupakan Manuskrip Al-Qur’an di San’a dari abad pertama Hijriah.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pada Masa Bani Umayyah tulisan al-Qur’an masih
sangat sederhana (gundul), kecuali setelah Abu al-Aswad ad-Duali diperintahkan
oleh Ziyad ibn Abihi seorang gubernur di Basrah (55 H) pada masa kepemimpinan
Mu‟awiyah ibn Abu Sufyan (41- 60 H/661-683)telah memerintahkan kepada Abu
al-Aswad ad-Duali untuk menciptakan syakal-syakal yang berfungsi untuk
membuktikan adanya huruf hidup kemudian disempurnakan oleh kedua muridnya,
yaitu Nashr ibn Ashim al Laitsi (w.707 M) dan Yahya ibn Ya’mur al-Udwan
al-Laitsi (w. 708 M) yang diperintahkan oleh al-Hajjaj ibn Yusuf as-Tsaqafi
(694-914 M) seorang gubernur bawahan dari Irak oleh Abdul Malik ibn Marwan
(65-86 H/685-705 H).
Proses
penulisan dan penyempuraan Al-Quran terus dilakukan dan berlanjut pada masa
bani Umayyah.Diantara corak penulisan Manuskrip pada masa Bani Umayyah yaitu
·
Tulisan Hijaz
·
Tulisan Kufi
B.
KRITIK DAN SARAN
Demikian makalah yang
kami susun, semoga bermanfaat. Apabila terdapat kesalahan kata dan penyusunan
penyusun memohon kritik dan saran serta permohonan maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
[1]Diakses https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/poph8w313/menelusuri-jejak-manuskrip-peradaban-islam
[2]Diakses pada http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39079/1/PATIMAH%20BATUBARA-FAH.pdf
[3]
Diakses pada http://maqolahkita.blogspot.com/2015/02/manuskrip-al-quran-pada-masa-bani.html
[4]
Diakses pada http://wq37h.blogspot.com/2017/04/manuskrip-masa-bani-umayyah.html
[5]
Ibid
[6]
Diakses pada http://maqolahkita.blogspot.com/2015/02/manuskrip-al-quran-pada-masa-bani.html
[7]
Diakses pada http://maqolahkita.blogspot.com/2015/02/manuskrip-al-quran-pada-masa-bani.html
Post a Comment for "manuskrip Al Qur’an pada masa Dinasti Bani Umayyah"