Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
النُّصُوْصُ قَدْ إِنْتِهَى وَالْوَقَائِعُ غَيْرُ مُتَنَهِيَة # صَلِحٌ لَكُلِّ زَمَان وَمَكَان

Metode dan Corak Penafsiran Tafsir Mafātīh al-Ghaib

Tafsir ar-Razi termasuk dalam metode Tahlili. Adapun metode Imam ar-Razi dalam tafsirnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Imam ar-Razi telah mencurahkan perhatian untuk menerangkan hubungan-hubungan antara satu ayat dengan ayat lainnya dan hubungan satu surat dengan satu surat yang mengikutinya. Adakalanya beliau tidak mengemukakan satu hubungan saja, melainkan lebih dari satu hubungan.
  2. Imam ar-Razi berbicara panjang lebar dalam menyajikan argumentasi. Sebagian pembicaraan itu menjadikan kitabnya tak berbeda dengan kitab filsafat, matematika dan ilmu eksakta, sampai-sampai Ibn ‘Atiyah berkata dalam kitab Imam ar-Razi, “segalanya ada kecuali tafsir itu sendiri.” Namun sesungguhnya, sekalipun Imam ar-Razi banyak berbicara tentang masalah-masalah ilmu kalam dan tinjauan-tinjauan alam semesta, beliau berbicara tentang tafsir al-Quran.
  3. Mazhab alirannya, ialah Imam Nasir ar-Razi, dan menentang keras mazhab Mu’tazilah dan membantahnya dengan segala kemampuannya. Sebab itu beliau tidak pernah melewatkan setiap kesempatan untuk menghadapkan bantahan terhadap mazhab Mu’tazilah itu. beliau bentangkan pendapat-pendapat mereka, kemudian beliau serang pendapat-pendapat tersebut dan beliau bongkar kelemahan-kelemahannya, walaupun adakalanya bantahan-bantahan beliau tidak cukup memadai dan memuaskan. Beliau menyoroti mazhab-mazhab fiqh dalam menafsirkan ayat-ayat hukum, dengan segala kemampuan beliau, dengan tujuan menguatkan mazhab-mazhab Syafi’i karena beliau memang bermazhab Syafi’i.
  4. Beliau juga kadang-kadang suka melantur dalam membahas masalah-masalah ushul fiqh dan masalah-masalah yang berhubungan dengan ilmu nahwu dan balaghah. Hanya saja beliau tidak berlebih-lebihan dalam hal-hal tersbut seperti yang beliau lakukan dalam masalah-masalah eksakta dan ilmu-ilmu kealaman.

Tafsir Mafātīh al-Ghaib atau yang dikenal sebagai Tafsir al-Kabir dikategorikan sebagai tafsir bi al-ra’y, yaitu tafsir yang dalam menjelaskan maknanya mufassir hanya berpegang pada pemahaman sendiri dan penyimpulan yang didasarkan oleh ra’y semata; dengan pendekatan Mazhab Syafi’iyyah dan Asy’ariyah. Tafsir ini merujuk pada kitab Az-Zujaj fi Ma’anil Quran, Al-Farra’ wal Barrad dan Gharibul Quran, karya Ibnu Qutaibah dalam masalah gramatika. Riwayat-riwayat tafsir bil ma’tsur yang jadi rujukan adalah riwayat dari Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Sudai, Said bin Jubair, riwayat dalam tafsir At-Thabari dan tafsir Ats-Tsa’labi, juga berbagai riwayat dari Nabi saw, keluarga, para sahabatnya serta tabi’in. Sedangkan tafsir bir ra’yi yang jadi rujukan adalah tafsir Abu Ali Al-Juba’i, Abu Muslim Al-Asfahani, Qadhi Abdul Jabbar, Abu Bakar Al-Ashmam, Ali bin Isa Ar-Rumaini, Az-Zamakhsyari dan tafsir Abul Futuh Ar-Razi.

Menurut Ibn Hajar al-Asqalani, pengarang, Fakhruddin ar-Razi tidak menyempurnakan kitab tafsirnya ini. Sebagaimana yang juga dikatakan oleh Ibn Khalkan di dalam kitab Wafiyatul A’yaan. Dalam kitab Kasyfu al-Dhunun dijelaskan bahwa Fakhruddin ar-Razi hanya menulis kitabnya sampai pada surat al-Anbiya’, kemudian diteruskan oleh Syihabuddin al-Khauyi. Akan tetapi beliaupun belum menyelesaikannya dengan sempurna. Akhirnya dilanjutkan oleh Najmuddin al-Qamuli sampai sempurna.

Pendapat lain mengatakan bahwa Fakhruddin ar-Razi telah menyelesaikan kitab tafsirnya. Yaitu yang dikemukakan oleh Dr. Ali Muhammad Hasan al-‘Imariz dalam kitabnya. Selain itu, pada dasarnya ar-Razi enulis kitab tafsirnya tidak sesuai urutan sebagaimana mushaf al-Qur'an (mulai al-Fatihah sampai dengan an-Nas), hal ini bisa dilihat dari tanggal yang dituliskan oleh ar-Razi dalam menafsirkan surat-surat al-Qur'an. Jadi, surat al-Anbiya’ merupakan akhir tulisan beliau, bukan karena belum selesai akan tetapi memang surat terakhir yang beliau tafisrkan adalah surat al-Anbiya’.

Post a Comment for "Metode dan Corak Penafsiran Tafsir Mafātīh al-Ghaib"