Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
النُّصُوْصُ قَدْ إِنْتِهَى وَالْوَقَائِعُ غَيْرُ مُتَنَهِيَة # صَلِحٌ لَكُلِّ زَمَان وَمَكَان

MAKALAH BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SOSISAL KEAGAMAAN

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SOSISAL KEAGAMAAN
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Agama
Dosen Pengampu: Wahynuni Syifatur Rohmah, M.S.I

Nama : Akmad Mudasir
NIM :1631045

Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuludin, Dakwah dan Syari’ah
Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Kebumen
2018

Kata Pengantar

Puju sukur kami ucapakan atas kehadirat Alloh Swt, yang telah memberikan rahmat dan karunia kepada kita semua. Sehingga pemakalah sa menyelesaikan tugas dalam menyusun makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar mempresentasikan materi Pendekatan Penelitian dalam Sosial Agama yang akan saya jelaskan di bawah ini.
Kami menyadari dan meyakini, bahwa makalah ini masih jauh dai kata sempurna. Masih banyak kekurangan dan kesalahan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari maklah ini, supaya bisa diperbaiki di lain kesempatan. Namun begitu, meskipun makalah ini masih belum sempurna, kami berharap masih bisa memberikan manfaat bagi para pembaca.
Saya ucapkan terima kasih kepada sumua pihak yang telah membantu dan mendukung dalm penyusunan makalah ini. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Kebumen, 08-Oktober-2018

penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adanya Penelitian agama telah dilakukan beberapa abad yang lalu, namun hasil penelitiannya masih dalam bentuk aktual atau perbuatan saja dan belum dijadikan sebagai sebuah ilmu. Setelah bertambahnya gejala-gejala agama yang berbentuk sosial dan budaya, ternyata penelitian dapat dijadikan sebagai ilmu yang khusus dalam rangka menyelidiki gejala-gejala agama tersebut.

Dewasa ini, penelitian agama diisi dengan penjelasan mengenai kedudukan penelitian agama dalam konteks penelitian pada umumnya, elaborasi mengenai penelitian agama dan penelitian keagamaan serta konstruksi teori penelitian keagamaan, dari beberapa penjelasan singkat tersebut maka pemakalah perlu mengkaji secara rinci terhadap penjelasan tersebut.

Secara garis besar, pembahasan penelitian agama dan model-modelnya dibagi dua; pertama, penelitian agama; kedua, model-model penelitian agama. Penelitian agama diisi dengan penjelasan mengenai kedudukan penelitian agama dalam kompleks penelitian pada umumnya; elaborasi mengenai penelitian agama (research on religious) dan penelitian keagamaan (religious research); dan konstruksi teori penelitian keagamaan.

Penelitian sebagai kegiatan ilmiah karena menggunakan metode keilmuan. Sedangkan metode ilmiah sendiri adalah usaha untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan kesangsian sistematis.

Sedangkan penelitian agama sendiri menjadikan agama sebagai objek penelitian yang sudah lama diperdebatkan. Harun nasution menunjukkan pendapat yang menyatakan bahwa agama, karena merupakan wahyu, tidak dapat menjadi sasaran penelitian ilmu sosial, dan kalaupun dapat dilakukan, harus menggunakan metode khusus yang berbeda dengan metode ilmu sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian penelitian, keagamaan, dan sosial?
2. Bagaimana Pendekatan Penelitian Sosial?
3. Bagaimana Pendekatan Penelitian Keagamaan?

C. Tujuan
1. Mengerti penelitian Keagamaan dan Sosial
2. Mengetahui Bagaimana Penelitia Sosial
3. Mengetahui Bagaimana Penelitian Keagamaan
4. Menambah Khasanah keilmuan
5. Memenuhi Tugas Mata Kulaih Metodologi Studi Agama
D. Kesimpulan



BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Penelitian
Peneltian (research) adalah uapaya sistematis dan objektif untuk mempelajari suatu masalah dan menemukan prinsp-prinsip umum. Selain itu, penelitian juga berarti upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah pengetahuan.[1]

Penelitian dipandang sebagai kegiatan ilmiah, karena menggunakan metode keilmuan, yakni gabungan antara pendekatan rasional dan pendekatan empiris. Pendekatan rasional memberikan kerangka yang koheren dan logis. Sedangkan pendekatan empiris merupakan kerangka pengujian dalam memastikan kebenaran.[2]

Dalam mempelajari agama diperlukan berbagai macam pendekatan agar substansi dari agama itu mudah dipahami. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan di sini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hubungan ini Jamaluddin Rakhmat mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma realitas agama yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. Oleh karena itu, tidak ada persoalaan apakah penelitian agama itu, penelitian ilmu sosial, atau penelitian filosofis.

Penelitian adalah upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari suatu masalah dan menemukan prinsip-prinsip umum. Selain itu, penelitian juga berarti upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah pengetahuan.

Berbagai pendekatan manusia dalam memahami agama dapat melalui pendekatan paradigma ini. Dengan pendekatan ini semua orang dapat sampai pada agama. Di sini dapat dilihat bahwa agama bukan hanya monopoli kalangan teolog dan normalis, melainkan agama dapat dipahami semua orang sesuai dengan pendekatan dan kesanggupannya. Oleh karena itu, agama hanya merupakan hidayah Allah dan merupakan suatu kewajiban manusia sebagai fitrah yang diberikan Allah kepadanya.

Pendekatan Penelitian Keagamaan
Penelitian agama (researchonreligion) lebih ditekankan pada aspek pemikiran (thought) dan interaksi sosial. Pada aspek pemikiran, menggunakan metode filsafat dan ilmu-ilmu chomaniora. Sedangkan pada aspek interaksi sosial, yakni penelitian keagamaan sebagaii produk interaksi sosial, menggunakan pendekatan sosiologi, antropologi, historia atau sejarah sosial yang biasa berlaku dan sebagainya. Misalnya : penelitian tentang perilaku jama’ah haji di daerah tertentu, hubungan ulama dengan keluarga berencana, penelitian tentang perilaku ekonomi dalam masyarakat muslim.

Pendekatan Penelitian Sosial
Yaitu pendekatan yang memperhatiakan faktor lingkungan sebagai lingkungan tinggall individu dalam perkembangannya. Titk pangkal dari Approach Sosial ialah masyarajat dengan berbagai lembaganya, kelempok-kelompok dengan berbagai aktivitas. Secara kongkrit Approach Sosial ini memebahas aspek-aspek atau komponen dari pada kebudayaan manusia, misalnya keluarga, tradisi, adat-istiadat, moralitas, norma-norma sosial, dan sebgainya.[3]

B. PENDEKATAN PENELITIAN SOSIAL
Kita dapat memahami metode ilmiah dalam ilmu sosial berdasarkan jenisnya. Setidaknya ada dua jenis metode penelitian sosial berdasarkan pendekatannya: kuantitatif dan kualitatif. Namun memang pada perkembangannya, muncul pendekatan ketiga yaitu gabungan antara keduanya (mixedmethod). Di sini akan dibahas metode penelitian sosial kuantitatif dan kualitatif secara singkat. Perbedaan antara metode penelitian sosial kuantitatif dan kualitatif dapat diidentifikasi melalui perlakuannya terhadap data, proses pengumpulan data, dan varian atau jenis-jenisnya.

Metode penelitian kuantitatif
Metode penelitian sosial kuantitatif menggunakan data numerik atau dalam bentuk angka. Sekalipun menggunakan wawancara terbuka, metode kuantitatif mengubah narasi ke dalam angka melalui proses kuantifikasi atau koding.

Proses dalam penelitian kuantitatif dimulai dengan pembuatan variabel. Misal, penelitian tentang pengaruh pendapatan bulanan keluarga terhadap tingkat pendidikan anak. Pendapatan bulanan keluarga merupakan variabel. Begitu pula tingkat pendidikan anak. Kedua variabel tersebut diasumsikan berhubungan dalam bentuk hipotesis. Sebagai contoh, hipotesis yang dimiliki peneliti adalah, semakin tinggi pendapatan bulanan keluarga, semakin tinggi pula tingkat pendidikan anak. Sampai di sini, maka peneliti selain membuat variabel juga menyusun hipotesis.

Dalam proses pengumpulan data, metode penelitian kuantitatif menggunakan instrumen diluar diri peneliti, seperti kuesioner, formulir survei, alat polling, dan sebagainya yang sudah disusun rapi sebelum turun lapangan. Selama proses pengumpulan data, peneliti fokus pada isi instrumen penelitian yang telah disusun. Artinya, tidak perlu atau sedikit sekali memerlukan unsur subjektivitas. Data yang diisi dalam instrumen penelitian merupakan data objektif.

Penelitian menggunakan metode kuantitatif menonjolkan unsur objektivitas. Responden mengisi formulir atau keusioner yang disebarkan sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Beberapa contoh metode penelitian kuantitatif yang banyak digunakan misalnya, penelitian survei, penelitian longitudinal, penelitian cross-sectional.

Metode penelitian kualitatif
Metode penelitian kualitatif menggunakan data naratif atau kata-kata. Narasi yang diperoleh selama proses pengumpulan data diinterpretasi oleh peneliti. Kendatipun demikian, proses pengolahan data juga bisa dilakukan melalui koding. Namun bukan dalam rangka menilai, melainkan melihat pola jawaban informan.

Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif dimulai dengan meninggalkan asumsi-asumsi teoritis, meskipun ada pula penelitian kualitatif yang berangkat dari asumsi teoritis. Salah satu perbedaan yang jelas adalah penelitian kualitatif tidak memerlukan hipotesis dalam rancangan penelitiannya. Sebagai contoh, penelitian tentang perkembangan budaya pop di Indonesia. Peneliti tidak perlu menuliskan dalam proposalnya sebuah hipotesis, misal, internet telah menjadi media utama pembentuk selera anak muda terhadap budaya pop kekinian. Asumsi demikian boleh saja ada dalam pikiran peneliti, namun tidak dalam proposal

Dalam proses pengumpulan data, metode yang jamak digunakan adalah observasi dan wawancara. Konten analisis media juga bisa digunakan dalam penelitian analisis wacana. Melalui observasi dan wawancara, peneliti mengumpulkan data naratif berupa koleksi cerita yang diberikan oleh informan dan kondisi di lapangan. Dalam proses pengumpulan data, unsur subjektif memainkan peranan penting karena peneliti menginterpretasi cerita yang diperoleh ketika pengumpulan data.

C. Pendekatan Penelitian Keagamaan
Perbedaan antara penelitian agama dengan penelitian keagamaan perlu disadari karena perbedaan tersebut membedakan jenis metode penelitian yang diperlukan. Untuk penelitian agama yang sasarannya adalah agama sebagai doktrin, pintu bagi pengembangan suatu metodologi penelitian tersendiri sudah terbuka, bahkan sudah ada yang merintisnya. Sedangkan, enelitian keagaman adalah penelitian yang objeknya agama sebagai produk interaksi sosial. Kita tidak perlu membuat metodologi penelitian sendiri, cukup memakai metodologi sosial yang telah ada.

Untuk penelitina keagamaan yang sasaranya agama sebagai gejala sosial, kita tidak perlu membuat metodologi penelitian tersendiri. Ia cuckup meminjam metodologi penelitian yang telah ada.
Dengan demikian, menurut Juhaya S. Praja, pengertian penelitian keagamaan adalah penelitian tentang praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan oleh manusia secara individual dan kolektif.[4] Penelitian keagamaan, agam sebagai gejala sosial. Meneliti manusia yang menghayati dan memperoleh pengaruh dari agama. Meneliti bagaimana agama itu ada dalam perilaku, interaksi, kebudayaan dan sistem sosial berdasarkan fakta atau rea litas sosial kultur.

Berdasarkan batasan tersebut, penelitian keagamaan meliputi hal-hal berikut:
1. perilaku individu dan hubungannya dengan masyarakat yang didasarakn atasa agama yang danutnya.
2. Perilaku masyarakat atau suatu komunitas, baik perilaku politik, budaya, maupun yang lainnya yang mendefinisikan dirinya sebagai penganut suatu agama.
3. Ajaran agama membentuk kelompok sosial, corak perilaku, dan budaya masyarakat bergama.[5]
D. Objek dan Ruang lingkup Penelitain Keagaman
Dalam hubungannya dengan penelitian, agama sebagai objek studi dapat dilihat dari tiga sisi. Pertama, sebagai doktrin dari Tuhan yang kebenarannya bagi para pemeluknya sudah final dan diterima apa adanya. Kedua, sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya. Ketiga, sebagai interaksi sosial, yaitu realitas umat Islam.

Bila Islam dilihat dari tiga sisi seperti tersebut diatas, maka ruang lingkup penelitian keagamaan dapat pula dibatasi pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu keyakinan atas kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian di dalamnya. Karena kebenarannya telah diterima sedemikian rupa oleh para pemeluknya. Sementara penelitian hanya akan menfokuskan diri pada sisi yang kedua dan ketiga, yaitu agama sebagai gejala budaya dan realitas sosial.

E. Konstruksi Teori Penelitian Keagamaan
Seperti yang kita ketahui, penelitian keagamaan merupakan penelitian yang objek kajiannya adalah agama sebagai produk interaksi sosial. Metode yang digunakan adalah metode-metode penelitian sosial pada umumnya.

Kemudian, mengutip dari judul disertasi dari Hj. Ummu Salamah adalah “Tradisi Tarekat dan Tampak Konsistensi Aktualisasinya Terhadap Perilaku Sosial Penganut Tarekat (Studi Kasus Tarekat Tijaniyah di Kabupaten Garut, Jawa Barat: dalam Perspektif Perubahan Sosial)”. Teori-teori yang digunakan dalam penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Teori peruabahn sosial.
2. Teori struktural-fungsional.
3. Teori antropolgi dan sosial agama.
4. Teori budaya dan tafsir budaya simbolik.
5. Teori pertukaran sosial.
6. Teori sikap.[6]

F. Pendekatan Keagamaan (Islamic Studies)
Dalam konteks Study Islam, pendekatan dimaksudkan adalah cara seorang penstudi memandang, membahas, dan menganalisa suatu objek Agama yang dijadikan objek studi tersebut. Ada dua pendekatan utama yang biasa digunakan oleh para peneliti Islam, yaitu:

Pendekatan Normatif
Yaitu pendekatan yang dikembangkan dari paradigma Islam sebagai doktrin. Dan juga suatu pendekatan yang memandang agama dari dimensi ajaran- ajaran yang pokok dan asli dari Tuhan.

Pendekatan Historis
Yaitu pendekatan yang dikembangkan dari paradigma Islam sebagai realitas (kenyataan), seperti kondisi sosial umat Islam, kenyataan sejarah, perkembangan peradaban dan kebudayaan, kondisi politik ekonominya dan lain-lain.

G. Model-model Penelitian Keagamaan
Mengutip karya dari Djamari, dosen Pascasarjana IKIP Bandung, menjelaskan bahwa kajian sosiologi agama menggunakan metode yang digunakan, anatra lain sebagai berikut:[7]

1. Analisis sejarah
Dalam hal ini, sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran bahwa sejarah dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya suatu lembaga. Pendekatan sejarah bertujuan untuk menemukan inti karakter agama dengan meneliti sumber klasik sebelum dicampuri yang lain.

2. Analisis lintas budaya
Dengan membandingkan pola-pola sosial keagamaan di beberap daerah kebudayaan, sosiologi dapat memperoleh gambaran tentang korelasi unsur budaya tertentu atau kondisi sosial-kultural secara umum.

3. Ekperimen
Eksperimen dapat dilakukan dalam penelitian agama, misalnya untuk mengevaluasi perbedaan hasil belajar dari beberapa model pendidikan agama.

4. Observasi partisipatif
Dengan pertisipasi dalam kelompok, peneliti dapat mengobservasi perilaku orang-orang dalam konteks religius.

5. Riset survei dan analisis statistik
Penelitian survei dilakukan dengan penyusunan kuesioner, interview dengan sampel dari suatu populasi.

6. Analisis isi
Peneliti mencoba mencari keterangan dari tema-tema agama, baik berupa tulisam, buku-buku khotbah, ataupun yang lainnya.

H. Kegunaan Penelitian Keagamaan (Islamic Studies)

Secara ringkas dapat dikemukakan beberapa kegunaan penelitian keagamaan menurut Al- Ghazali, yaitu sebagai berikut:

1. Hasil penelitian keagamaan dapat menggambarkan keadaan agama dan kemampuan sumber daya yang ada, kemungkinan pengembangan serta hambatan-hanbatan yang dihadapi atau ditemukan dalam pemyelenggaraan keagamaan khususnya di lokasi penelitian.

2. Hasil penelitian dapat dijadikan alat untuk mendiagnosa sebab kegagalan serta masalah yang dihadapi dalam praktek keagamaan, sehingga mudah dicarikan upaya penanggulangannya.

3. Hasil penelitian dapat dijadikan alat untuk menyusun kebijakan-kebijakan dalam menyusun strategi kea gamaan.

4. Hasil penelitian dapat menggambarkan tentang kemampuan dalam pembiayaan, peralatan, pembekalan serta tenaga kerjabaik secara kualitas maupun kuantitas yang sangat berperan bagi keberhasilan praktek keagamaan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian yang dikemukakan pada pembahasan, dapat dikemukakan beberapa poin penting sebagai kesimpulan, yaitu:
1. Berdasarkan jenisnya. Setidaknya ada dua jenis metode penelitian sosial berdasarkan pendekatannya: kuantitatif dan kualitatif.
· Metode penelitian sosial kuantitatif menggunakan data numerik atau dalam bentuk angka.
· Metode penelitian kualitatif menggunakan data naratif atau kata-kata.
2. Penelitian keagaman adalah penelitian yang objeknya agama sebagai produk interaksi sosial. Kemdian, menurut Juhaya S. Praja, pengertian penelitian keagamaan adalah penelitian tentang praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan oleh manusia secara individual dan kolektif. Penelitian keagamaan, agam sebagai gejala sosial. Meneliti manusia yang menghayati dan memperoleh pengaruh dari agama. Meneliti bagaimana agama itu ada dalam perilaku, interaksi, kebudayaan dan sistem sosial berdasarkan fakta atau realitas sosial kultur.
3. Objek dan ruang linkup penelitian keagamaan, terbagi menjadi 3, yaitu:
· Pertama, sebagai doktrin dari Tuhan yang kebenarannya bagi para pemeluknya sudah final dan diterima apa adanya.
· Kedua, sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
· Ketiga, sebagai interaksi sosial, yaitu realitas umat Islam.
4. Pendekatan penelitian keagamaan
· Pendekatan Normatif, Yaitu pendekatan yang dikembangkan dari paradigma Islam sebagai doktrin. Dan juga suatu pendekatan yang memandang agama dari dimensi ajaran- ajaran yang pokok dan asli dari Tuhan.
· Pendekatan Historis, Yaitu pendekatan yang dikembangkan dari paradigma Islam sebagai realitas (kenyataan), seperti kondisi sosial umat Islam, kenyataan sejarah, perkembangan peradaban dan kebudayaan, kondisi politik ekonominya dan lain-lain.
5. Model-model Penelitian Keagamaan
Model-model penelitian menurut Djamari, sebagai berikut:
· Analisis sejarah
· Analisis lintas budaya
· Ekperimen
· Observasi partisipatif
· Riset survei dan analisis statistik
· Analisis isi

DAFTAR PUSTAKA

Hakim. Atang Abd dan Mubarok. Jaih, 2000, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cetakan ke-3.
http://sciencebluesky.blospot.com/2011/11/blog-post.html?=1, diakses pada 09 Oktober 2018 pukul 20.00



[1] Menuju penelitian keagamaan dalam Perspektif Penelitian Sosial, (Cirebon: Fak. Tarbiyah IAIN SGD, 1996), hlm. 32.
[2] Ahamd Syafi’i Mufid dalam Affandi Mochtar (ed), 1996: 33.
[3] http://ragampendekatansosialbudayartie.blogspot.com/2013/06/ragam-pendekatan-sosial.html?m=
[4]Abudin Nata, Metodolgi Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 153.dalam
[5] Juhaya S. Praja, 1997: 33
[6] Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: 2000, hlm 63-64.
[7] Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, metodologi Studi Islam, Bandung: 2000, hlm. 65-66

Post a Comment for "MAKALAH BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SOSISAL KEAGAMAAN"