Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
النُّصُوْصُ قَدْ إِنْتِهَى وَالْوَقَائِعُ غَيْرُ مُتَنَهِيَة # صَلِحٌ لَكُلِّ زَمَان وَمَكَان

MAKALAH KONSEP PENELITIAN SOSIAL DAN AGAMA

MAKALAH KONSEP PENELITIAN SOSIAL DAN AGAMA












Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas individu pada semester V
Dosen Pembimbing : Wahyuni Shifatur Rohmah, M.S.I
Disusun Oleh : Luthfi Rosyadi
NIM : 1631037

ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR / V
FAKULTAS USHULUDDIN, DAKWAH, DAN SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
KEBUMEN
2018

KATA PENGANTAR
بِسْمِ الله ِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, rabbul ‘alamin. Dzat yang memiliki sifat dzal jalali wal ikram, yang mana telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “Makalah Konsep Penelitian Agama Sosial”.
Shalawat serta salam, semoga selalu tercurahkan kepada sang pembawa kedamaian, pembebas perbudakan, beliau Baginda Agung Nabi Muhammad SAW. Semoga kita bisa berkumpul dengan Beliau di yaumul akhir, amin
Penulis ucapkan terimakasih, kepada Ibu Wahyuni Shifatur Rohmah, M.S.I, khususnya yang telah membimbing dalam pembuatan makalah, dan kepada semua teman-teman saya pada umumnya, yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Jaza kumulloh khoiro jaza.
Di penghujung kata pengatar ini, penulis mengharapkan kepada para pembaca sekalian, agar memberikan kritik dan saran yang mampu meningkatkan kualitas makalah-makalah yang akan tercetak pada waktu yang akan datang.
Sekian,
Wassalamu’ailikum, warahmatullahi wabarakatuh.
Kebumen, 24 September 2018




Penulis









Pada mulanya kegiatan studi keagamaan dipandang sebagai sesuatu yang tidak mungkin. Kebanyakan orang berkata, agama tidak boleh diteliti karena agama adalah wahyu Allah yang tidak bisa diutak-atik lagi.
Namun pada kenyataannya, perkembangan penelitian agama, sangatlah pesat. Hali ini dikarenakan tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang selalu mengalami perubahan. Kajian-kajian agama memerlukan relevansi dari kehidupan sosial berlangsung. Permasalahan-permasalahan seperti inilah yang mendasari perkembangan penelitian-penelitian agama guna mencari relevansi kehidupan sosial dan agama.
Sebenarnya, penelitian agama telah dilakukan beberapa abad yang lalu namun hasil penelitiannya masih dalam bentuk aktual atau perbuatan saja dan belum dijadikan sebagai sebuah ilmu. Setelah bertambahnya gejala-gejala agama yang berbentuk sosial dan budaya, ternyata penelitian dapat dijadikan sebagai ilmu yang khusus dalam rangka menyelidiki gejala-gejala agama tersebut.
Kalau kita mencoba menggambarkannya dalam pendekatan sosiologi, maka fenomena-fenomena keagamaan itu berakumulasi pada perilaku manusia yang berkaitan dengan struktur-struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimiliki.
Mengkaji fenomena keagamaan berarti mempelajari perilaku manusia dalam kehidupan beragamanya. Fenomena keagamaan itu sendiri, adalah perwujudan sikap dan prilaku manusia yang menyangkut hal-hal yang dipandang suci, keramat yang beralasan dari suatu keghaiban. Ilmu pengetahuan sosial dengan caranya masing-masing, atau metode, teknik dan peralatannya, dapat mengamati dengan cermat perilaku manusia itu,
Berangkat dari latar belakang, pada kesempatan kali ini penulis mencoba menyajikan konsep penelitian sosial agama.
1. Apakah konsep itu ?
2. Apakah penelitian itu ?
3. Bagaimanakah konsep penelitian sosial agama ?
1. Mengetahui pengertian dari konsep.
2. Mengetahui pengertian dari penelitian.
3. Mengetahui gambaran tentang konsep penelitian sosial agama.


Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik.[1]
Jadi, konsep dapat diartikan sebagai suatu inti dasar, yang dijadikan bahan pengembangan.
Penelitian adalah proses ilmiah yang mencakup sifat formal dan intensif. Karakter formal dan intensif karena mereka terikat dengan aturan, urutan, maupun cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang diakui dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Intensif dengan menerapkan ketelitian dan ketepatan dalam melakukan proses penelitian agar memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan, memcahkan problem melalui hubungan sebab dan akibat, dapat diulang kembali`dengan cara yang sama dan hasil yang sama.[2]
Jadi, penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang bersifat formal dan intensif, dengan tujuan menghasilkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sama dengan penelitian yang lain, terdapat empat langkah pokok metode ilmiah yang akan mendasari langkah-langkah penelitian yaitu :[3]
1. Merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan untuk dicari jawabannya. Tanpa adanya masalah tidak akan terjadi penelitian, karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah. Rumusan masalah penelitian pada umumnya diajukan dalam bentuk pertanyaan.
2. Mengajukan hipotesis, mengemukakan jawaban sementara (masih bersifat dugaan) atas pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Hipotesis penelitian dapat diperoleh dengan mengkaji berbagai teori berkaitan dengan bidang ilmu yang dijadikan dasar dalam perumusan masalah. Peneliti menelusuri berbagai konsep, prinsip, generalisasi dari sejumlah literatur, jurnal dan sumber lain berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kajian terhadap teori merupakan dasar dalam merumuskan kerangka berpikir sehingga dapat diajukan hipotesis sebagai alternatif jawaban atas masalah.
3. Verifikasi data, mengumpulkan data secara empiris kemudian mengolah dan menganalisis data untuk menguji kebenaran hipotesis. Jenis data yang diperlukan diarahkan oleh makna yang tersirat dalam rumusan hipotesis. Data empiris yang diperlukan adalah data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis. Dalam hal ini, peneliti harus menentukan jenis data, dari mana data diperoleh, serta teknik untuk memperoleh data. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan cara-cara tertentu yang memenuhi kesahihan dan keterandalan sebagai bahan untuk menguji hipotesis
Sebuah penelitian pastilah membutuhkan sebuah objek yang dijadikan pusat perhatian penelitian. Dan kita perlu tahu bahwa dalam sebuah penelitian, objeklah yang merubah konsep, bukan konsep yang merubah objek[4]. Sehingga dalam penelitian sosial agama, mempunyai 2 objek yang dipadukan sekaligus, yaitu sosial, yang dapat diartikan sebagai masyarakat. Dan juga agama itu sendiri, sebagai sesuatu yang abstrak namun dapat dirasakan, yang mampu mempengaruhi sosial.
Djamari, menjelaskan bahwa kajian sosiologi agama dengan menggunakan metode ilmiah. Pengumpulan data dan metode yang digunakan antara lain :
1. Analisis Sejarah
Dalam hal ini, sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran bahwa sejarah dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya suatu lembaga, dan pendekatan sejarah bertujuan untuk menemukan inti karakter agama dengan meneliti sumber klasik sebelum dicampuri yang lain.
Seperti halnya agama Islam, sejarah mencatat bahwa ia adalah agama yang diturunkan melalui Nabinya yaitu Muhammad saw berdasarkan kitab sucinya yaitu Al-Qur’an yang ditulis dalam bahasa arab. Islam diturunkan bukan untuk satu bangsa saja melainkan untuk seluruh bangsa secara universal. Sedangkan agama lain ada yang hanya diturunkan untuk satu bangsa saja seperti yahudi untuk ras yahudi saja.
Pendekatan sejarah dalam memahami agama dapat membuktikan apakah agama itu masih tetap pada orisinalitasnya seperti ketika ia baru muncul atau sudah bergeser jauh dari prinsip-prinsip utamanya. Bila hal itu dihubungkan dengan agama islam maka ia dapat dimasukkan pada kategori agama yang bertahan konsisten dengan ajaran seperti pada masa awalnya.
Menurut ahli perbandingan agama seperti A. Mukti Ali, apabila kita ingin memahami sebuah agama maka kita harus mengidentifikasi lima aspek yaitu konsep ketuhanan, pembawa agama atau nabi, kitab suci, sejarah agama, dan tokoh-tokoh terkemuka agama tersebut.
2. Analisis Lintas Budaya
Analisis lintas budaya bisa diartikan dengan ilmu antropologi, karena dilihat dari definisi antropologi sendiri secara sederhana dapat dikatakan bahwa antropologi mengkaji kebudayaan manusia.
Islam sebagai agama yang dibawa oleh Muhammad saw sampai saatnya kini telah melalui berbagai dimensi budaya dan adat-istiadat. Masing-masing negeri memiliki corak budayanya masing-masing dalam mengekspresikan agamanya. Karena itu dari segi antropologi kita dapat memilah-milah mana bagian islam yang merupakan ajaran murni dan mana ajaran islam yang bercorak lokal budaya setempat.
3. Eksperimen.
Penelitian yang menggunakan eksperimen agak sulit dilakukan dalam penelitian agama. Namun, dalam beberapa hal,eksperimen dapat dilakukan dalam penelitian agama, misalnya untuk mengevaluasi perbedaan hasil belajar dari beberapa model pendidikan agama.
4. Observasi Partisipatif.
Dengan partisipasi dalam kelompok, peneliti dapat mengobservasi perilaku orang-orang dalam konteks relegius. Baik diketahui atau tidak oleh orang yang sedang diobeservasi. Dan diantara kelebihannya yaitu memungkinkannya pengamatan simbolik antar anggota kelompok secara mendalam. Adapun kelemahannya yaitu terbatasnya data pada kemampuan observer.
5. Riset survei dan analisis statistik
Penelitian survei dilakukan dengan penyusunan kuesioner, interview dengan sampel dari suatu populasi. Sampel bisa berupa organisasi keagamaan atau penduduk suatu kota atau desa. Prosedur penelitian ini dinilai sangat berguna untuk memperlihatkan korelasi dari karakteristik keagamaan tertentu dengan sikap sosial atau atribut keagamaan tertentu.
6. Analisis Isi
Dengan metode ini, dicoba untuk mencari keterangan dari tema-tema agama, baik berupa tulisan, buku-buku khotbah, doktrin maupun deklarasi teks, dan lainnya. Umpamanya sikap kelompok keagamaan dianalisis dari substansi ajaran kelompok tersebut.
Untuk lebih jelasnya beberapa pendekata yang digunakan dalam meneliti Sosial-agama antra lain pendekatan Historis, Antropologis, Sosiologis, dan Psikologi.[5]
Pertama, Pendekatan antropologis, dalam memahami agama diwujudkan dengan salah satu wujud praktis keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dengan pendekatan ini agama akan sangat dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berusaha memberikan jawaban atas masalah tersebut.
Dengan pendekatan antropologis ini maka penelitian agama lebih cenderung pada masyarakat yang primitif. Sebab menurut beberapa ahli masyarakat yang memiliki kelas ekonomi mapan tidak akan mempertahankan keyakinan yang dimilikinya sedangkan masyarakat yang memiliki ekonomi rendah maka mereka lebih percaya pada hal-hal yang bersifat gaib dan mereka mengharapkan adanya perubahan kepada kehidupan mereka. Masyarakat tersebut umumnya lebih percaya kepada sebuah pohon yang sudah berumur ratusan tahun, mengadakan upacara penyerahan sesajian, ritual-ritual keagamaan dan lain sebagainya.
Kedua, pendekatan sosiologis, pendekataan tersebut merupakan ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya itu. Sosiologi berusaha mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama cara terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup dalam suatu kepercayaan. Lebih lanjut sosiologi dalat digunakan sebagai salah satu pendekataan dalam memahami agama karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan pendekatan sosiologi.
Dalam melihat sebuah fenomena seperti kasus pembantaian muslim di Myanmar, mengapa mereka di bantai dan apa yang mereka lakukan sehingga kejadian itu menimpa suku Rohingya. Selain itu seperti kasus Sampang yang sampai saat ini masih menjadi misteri apakah yang menjadi motif kejadian tersebut apakah berhubungan dengan agama atau hanya karena status sosial. beberapa peristiwa tersebut dapat menjadi jawaban sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu sosial. Tanpa ilmu sosial peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan sulit pula dipahami maksudnya. Disinilah letak sosiologi sebagai salahsatu alat dalammemahami dampak yang timbul akibat keberagaman.
Dalam meneliti fenomena keberagaman tersebut harus menggunakan metode sosial agar dapat menjangkau peristiwa-peristiwa tersebut. Dengan metode sosiologi maka dapat dilihat dari sudut pandang tersebut dampak terjadinya masalah itu.
Ketiga, pendekatan sejarah, dalam penelitian ini dapat dibahas mengenai beberapa peristiwa yang memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut. Dalam ilmu sejarah segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak berimajinasi dari alam idealis kealam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atar keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis. Dalam pendekatan kesejarahan ini sangat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.
Melalui pendekatan sejarah pula kita diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Dengan begitu kita tidak memahami agama keluar dari konteks historisnya, karena pemahaman demikian itu akan menyesatkan orang yang memahaminya.
Keempat, pendekatan psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamati. Perilaku kita sehari-hari sangat erat kaitannya dengan kepercayaan yang kita anut. Kita melihat beberapa perilaku masyarakat yang rela berkorban demi agamanya seperti Amrozi cs yang rela bunuh diri demi berjihat yang meskipun menurut penulis berjihat dijalan yang sesat. Namun terlepas dari jalan yang salah atau benar kita melihatnya dari keyakinan agama yang dianutnya. Seberapa yakinnya seseorang pemeluk agama sehingga rela melakukan apasaja demi membela agamanya.

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Konsep adalah sebuah ide dasar, yang nantinya dijadikan bahan pengembangan.
2. Penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang bersifat formal dan intensif, dengan tujuan menghasilkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Dalam penelitian sosial agama terdapat 2 objek yang dikolaborasikan yakni, masyarakat dan agama.

1. Assaqaf, J. S. (2013, Oktober 20). METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL DAN AGAMA (PARADIGMA PENELITIAN TEOLOGIS). Dipetik September Selasa, 2018, dari Berbagi Ilmu Dan Pengetahuan: http://aniqsadiq.blogspot.com/2013/10/metodologi-penelitian-sosial-dan-agama.html
2. BAHARUDDIN, H. (2013, April 27). METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL DAN AGAMA. Dipetik Sepetember Selasa, 2018, dari ISLAM AZYUMARDI AZRA: http://hasthutibaharuddin.blogspot.com/2013/04/metodologi-penelitian-sosial-dan-agama.html
3. Konsep. (2018, April 18). Dipetik September Selasa, 2018, dari Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Konsep
4. Makalah Teori Penelitian Agama. (2016, Juni 24). Dipetik September 26, 2018, dari Gudang Wawasan Keislaman: http://aminah2511.blogspot.com/2016/06/makalah-teori-penelitian-agama.html
5. Wabula, J. (2015, Mei Minggu). Seputar Konsep Penelitian Agama. Dipetik September Selasa, 2018, dari Makalah Pendidikan Agama Islam: http://jufriwabula.blogspot.com/2015/05/makalah-pendidikan-agama-islam_metodologi-penelitian.html


[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Konsep. Diakses pada Selasa, 25 September 2018, pukul 13.00 WIB
[2] http://aniqsadiq.blogspot.com/2013/10/metodologi-penelitian-sosial-dan-agama.html. Diakses pada Selasa, 25 September 2018, pukul 13.00 WIB
[4] http://jufriwabula.blogspot.com/2015/05/makalah-pendidikan-agama-islam_metodologi-penelitian.html. dikutip dari Imam Suprayogo, Tobroni,” Metodologi Penelitian Sosial Agama”, (Bandung Remaja Rosdakarya,2003), 16. Diakses pada Selasa, 25 September 2018 pukul 13.00 WIB

Post a Comment for "MAKALAH KONSEP PENELITIAN SOSIAL DAN AGAMA"