Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
النُّصُوْصُ قَدْ إِنْتِهَى وَالْوَقَائِعُ غَيْرُ مُتَنَهِيَة # صَلِحٌ لَكُلِّ زَمَان وَمَكَان

MAKALAH TAFSIR TENTANG EMOSI QS AN NAHL 126

MAKALAH
TAFSIR TENTANG EMOSI QS AN NAHL 126

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah sosial dan tekhnologi pada semester V
Dosen Pembimbing:Ali Mahfudz, M.S.I


Disusun oleh:
Anas Masruri (1631041)


Fakultas Ushuludin Syariah Dan Dakwah
Prodi Ilmu Al-Quran Dan Tafsir
Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Kebumen
2018


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Remaja berada pada periode yang banyak mengalami masalah pertumbuhan dan perkembangan khususnya menyangkut dengan penyesuaian diri terhadap tuntutan lingkungan dan masyarakat serta orang dewasa. Kematangan seseorang dalam kehidupanya ketika sudah sampai pada tingkatan baligh menimbulkan kebingungan dan perasaan cemas, khususnya apabila mereka belum disiapkan untuk menyikapi peristiwa tersebut secara positif. Begitu juga perubahan yang dialami tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan dan hubungan sosial remaja.sehingga perlu adanya pendidikan agama dalam kehidupannya guna sebagai pelindung sekaligus pengontrol terhadap tingkah laku seseorang agar tidak terjrumus dalam tidakan yang justru dapat merugikan baik bagi dirinya maupun bagi orang lain

Kecenderungan tingginya gejolak emosi remaja perlu dipahami oleh pendidik, khususnya orang tua dan guru.Untuk itu perlu dihindari hal-hal yang dapat menimbulkan emosi negatif seperti marah, kecewa, sedih yang mendalam, frustasi, cemas, dan lain-lain.
Dengan mempelajari emosi kita sebagai seorang pendidik dapat mengenali emosi diri sendiri, sehingga dapat meningkatkan emosi positif dalam diri sendiri dan peserta didik, dan meminimalkan atau mengendalikan emosi-emosi anak didik yang perlu dikembangkan.
Dan ayat yang akan kita bahas ini adalah sebagian dari cara Alloh dan Rosulnya dalam mentabiyahkan atau mengajarkan kepada kita bagaimana ketika rasa emosi itu muncul entah itu dalam wujud rasa senang,sedih,kecewa marah dan bentuk emosi lainnya untuk bias kendalikan

B.Rumusan masalah

Adapun permasalahan yang akan di bahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah tafsir An-Nahl 126 tentang emosi?

C.Tujuan

Untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan sains dan tekhnologi khususnya dengan emosi

BAB II
PEMBAHASAN

1.Definisi

Secara etimologis emosi berasal dari kata Prancis emotion, yang berasal lagi dari emouvoir, ‘exicte’ yang berdasarkan kata Latin emovere, artinya keluar. Dengan demikian secara etimologis emosi berati “bergerak keluar”.sedangkan menurut istilah adalahsuatu reaksi psikologis dalam bentuk tingkah laku gembira, bahagia, sedih, berani, takut, marah, muak, haru, cinta, dan sejenisnya. Biasanya emosi muncul dalam bentuk luapan perasaan dan surut dalam waktu yang singkat.

2.Qs An-Nahl ayat 126

وَ اِنۡ عَاقَبۡتُمۡ فَعَاقِبُوۡا بِمِثۡلِ مَا عُوۡقِبۡتُمۡ بِہٖ ؕ وَ لَئِنۡ صَبَرۡتُمۡ لَہُوَ خَیۡرٌ لِّلصّٰبِرِیۡنَ

Artinya: “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesunggguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar”(Qs An Nahl(16):126)

Penjelasan Makna Penting

- فَعَاقِبُواْ بِمِثۡلِ مَا عُوقِبۡتُم بِه : Maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Maksudnya dibolehkan hukumnya untuk membalas perbuatan jahat yang ditimpakan kepada diri seseorang. Dengan syarat balasan tersebut sama kadar-bobotnya dengan perbuatan jahat yang dirasakan atau diterima.
- صَبَرۡتُمۡ لَهُوَ خَيۡرٞ : Kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik.Maksudnya memang secara hukum diperbolehkan untuk membalas perbuatan jahat yang dilakukan oleh seseorang.Akan tetapi, apabila kita bersabar, maka itulah yang lebih baik disisi-Nya.

Gambaran Umum Mengenai Surah An-Nahl

Surah An-Nahl (bahasa Arab:النّحل, an-Nahl, "Lebah") adalah surah ke-16 dalam al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 128 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Surah ini dinamakan An-Nahl yang berarti lebah karena di dalamnya, terdapat firman Allah swt SWT ayat 68 yang artinya : "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah".[1]

Lebah adalah makhluk Allah swt yang banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia.Ada persamaan antara madu yang dihasilkan oleh lebah dengan Al Quranul Karim.Madu berasal dari bermacam-macam sari bunga dan dia menjadi obat bagi bermacam-macam penyakit manusia, yakni sebagaimana tertera dalam ayat ke 69 dari surah ini.Sedang Al Quran mengandung inti sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada Nabi-nabi zaman dahulu ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

An‑Nahl (lebah) di sini tidak lain dari makhluk yang mendapat berkat yang dimuliakan Allah swt, yang mendapat wahyu dan ilham‑Nya sehingga ia dapat menempuh jalan hidupnya. Dalam Lisan Al‑Arab, an‑Nahl (bentuk mufradnya/tunggalnya an‑Nahlah) adalah serangga penghasil madu. Abu Ishaq az‑Zujaj mengatakan tentang firman Allah swt Azza wa Jalla yang berbunyi: ”Tuhanmu mewahyukan kepada lebah.” Boleh jadi dinamakan Nahl (lebah) karena Allah swt Azza wa jalla menjadikan manusia mengambil madu yang keluar dari perutnya (dengan pe­ngertian Allah swt memberikan kepadanya).

Dalam hadits riwayat Ibnu Umar disebutkan: “Perumpamaan orang beriman adalah seperti lebah. Bila ia makan, maka ia makan yang baik dan bila jatuh, maka ia jatuh atas yang baik.” Riwayat terkenal menyebutkan bahwa ia dibaca denganal‑halal‑mu’jamah, yaitu sebagai kata mufrad dari nihal (agama‑agama). Dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa ia dibaca dengan al-ha’al‑muhmalah (Nahl) untuk menunjukkan madu lebah. Segi kesamaan antara keduanya adalah ketelitian dan kejelian lebah, bahayanya yang sedikit, keahlian, kegunaan, keberdikarian dan usahanya di malam hari, kebersihannya dari kotoran dan makanannya yang baik.Ia tidak makan dari usaha orang lain.”[2]

3.Asbabun-Nuzul Qs an-nahl ayat 126

Ø ketika Hamzah gugur dalam perang Uhud dan dalam keadaan tercincang. Ketika Nabi saw melihat keadaan jenazahnya, lalu beliau saw bersumpah melalui sabdanya : “Sesungguhnya aku bersumpah akan membalas 70 orang dari mereka sebagai penggantimu”.
Ø , Imam Baihaqi didalam kitabnya Ad-Dala’ilnya, dan Imam Bazzar telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Abu Huroiroh ra yang telah menceritakan bahwa Rasululloh saw berdiri dihadapan jenazah Hamzah ra ketika ia gugur sebagai syuhada, sedang keadaannya sangat menyedihkan sekali karena tercincang.[3] Maka Rasululloh saw bersumpah kala itu melalui sabdanya : “Sungguh aku akan membalas perbuatan ini dengan 70 orang dari kalangan mereka sebagai penggantimu”. Maka pada saat itu turunlah Malaikat Jibril kepada Nabi saw yang pada waktu itu sedang berdiri, seraya membawa wahyu ayat-ayat terakhir surah An-Nahl, yaitu ayat 126 ini. Kemudian Rasululloh menahan diri dari apa yang dikehendakinya itu.[4]

4.Tafsir Qs An-Nahl ayat 126

· Tafsir ibnu katsir
Allah swt berfirman memerintahkan orang berlaku adil dalam membalas perlakuan yang tidak patut dan wajar dari orang lain. Hendaklah ia melakukan pembalasan sama dan seimbang dengan perlakuan yang diterimanya. Akan tetapi jika ia dapat menahan dirinya dan bersabar, maka kesabaran itu adalah lebih baik bagi orang-orang yang bersabar.[5]

· Tafsir jalalain

(126) وَإِنۡ عَاقَبۡتُمۡ فَعَاقِبُواْ بِمِثۡلِ مَا عُوقِبۡتُم بِهِۦۖ وَلَئِن صَبَرۡتُمۡ 

(dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kalian. akan tetapi jika kalian bersabar) tidak mau membalas
لَهُوَ (sesungguhnya itulah) bersikap sabar itulah لِّلصَّٰبِرِينَ خَيۡرٞ (yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar), kemudian Nabi saw. membatalkan sumpahnya itu, dan membayar kiffaratnya. demikianlah menurut hadits yang telah diriwayatkan oleh Imam Bazzar.[6]

· Tafsir kementrian agama RI
Berdasarkan riwayat Abu Hurairah ra bahwa sesungguhnya Nabi Saw berdiri di hadapan Hamzah ketika terbunuh sebagai syahid dalam perang Uhud.[7] Tidak ada pemandangan yang paling menyakitkan hati Nabi daripada melihat jenazah Hamzah yang di cincang (mutilasi).Lalu Nabi bersabda, “Semoga Allah swt mencurahkan rahmat kepadamu.Sesungguhnya engkau sepengetahuanku adalah orang yang senang silaturrahim dan banyak berbuat kebaikan.Kalau bukan karena kesedihan berpisah denganmu, sungguh aku lebih senang bersamamu sampai di Padang Mahsyar bersama para arwah.Demi Allah swt aku akan membalas dengan balasan yang setimpal tujuh puluh orang dari mereka sebagai penggantimu.”maka Jibril turun dengan membawa ayat-ayat di akhir surat An-Nahl. “Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang di timpalkan kepadamu, tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar”.Pada saat itu Rasulullah berdiri di hadapan jenazah Hamzah.

Dalam ayat ini Allah swt swt menegaskan kepada kaum muslimin, yang akan mewarisi perjuangan Nabi Muhammad dalam menyebarkan agama islam, untuk menjadikan sikap Rasul di atas sebagai pegangan mereka menghadapi lawan.

Pedoman dakwah yang di berikan Allah swt pada ayat yang lalu, adalah pedoman dalam medan dakwah dengan lisan, hujjah lawan hujjah. Dakwah berjalan dalam suasana damai. Akan tetapi, jika dakwah mendapat perlawanan yang kasar, misalkan para dai di siksa atau dibunuh, islam menjungjung tinggi kebenaran. Dua macam jalan yang di terangkan Allah swt dalam ayat ini, pertama; membalas dengan balasan yang seimbang.Kedua ; menerima tindakan bermusuhan itu dengan hati yang sabar dan memaafkan kesalahan itu jika bisa memberi pengaruh yang lebih baik lagi bagi jalannya dakwah.[8]

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Emosi adalah suatu reaksi psikologis dalam bentuk tingkah laku gembira, bahagia, sedih, berani, takut, marah, muak, haru, cinta, dan sejenisnya. Biasanya emosi muncul dalam bentuk luapan perasaan dan surut dalam waktu yang singkat.
2. Saat menyikapi musuh dan mereka yang menentang, Al-Quran memerintahkan kita untuk tetap bersikap adil dan tidak melanggar batas.
3. Dalam kesabaran adalah kenikmatan yang tidak dimiliki oleh balas dendam. Saat menghadapi para penentang, hukum dengan sendirinya tidak dapat berbuat apa-apa perlu adanya upaya untuk menjaga akhlak.

B.Saran dan kritik

Demikian makalah yang kami susun,semoga bermanfaat,apabila terdapat kesalahan kata dan penyusunan kami memohon kritik dan saran serta permohonan maaf sebesar-besarnya dari pembaca

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mahalliy, Imam Jalalud-Din dan As-Syuthi, Imam Jalalud-Din, Tafsir Jalalain berikut Asbabun-Nuzul Ayat, 1990, (Bandung : Sinar Baru)
Bahreisy, H. Salim dan Bahreisy, H. Said, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier, Jilid IV, 1988, (Surabaya : PT. Bina Ilmu)
RI, Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid V, 2010, (Jakarta : Lentera Abadi)

[1]Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid V, 2010, (Jakarta : Lentera Abadi), Hal. 227
[3]Imam Jalalud-Din al-Mahalliy dan Imam Jalalud-Din As-Syuthi, Tafsir Jalalain berikut Asbabun-Nuzul Ayat, 1990, (Bandung : Sinar Baru). Hal. 1123
[4]Imam Jalalud-Din al-Mahalliy dan Imam Jalalud-Din As-Syuthi, Tafsir Jalalain berikut Asbabun-Nuzul Ayat,......Hal. 1124
[5]Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier, Jilid IV, 1988, (Surabaya : PT. Bina Ilmu). Hal.610-61
[6]Imam Jalalud-Din al-Mahalliy dan Imam Jalalud-Din As-Syuthi, Tafsir Jalalain berikut Asbabun-Nuzul Ayat,...Hal. 1117-1118
[7]Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya,.... Hal. 419
[8]Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya,.... Hal. 420

Post a Comment for "MAKALAH TAFSIR TENTANG EMOSI QS AN NAHL 126"