Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
النُّصُوْصُ قَدْ إِنْتِهَى وَالْوَقَائِعُ غَيْرُ مُتَنَهِيَة # صَلِحٌ لَكُلِّ زَمَان وَمَكَان

Sinopsis Film Eling Kupluke Kang

oleh : elrosyadi296
cerpen terbaru kali ini
re-post dengan banyak perubahan.
Eling Kupluk.e Kang!
"Jadi, santri yang 'nda make kupluk, itu berarti kepalanya dikencingi setan",
pesan Abah mengakhiri pengajian mujahadah kali ini.
ba'da ngaji 'isya. di kamar Uwais al-qarny.
"Yar, lo laper 'ga?", kata Inu Gebrot yang dari tadi kelihtan gelisah.
"ooh, lha pantes aja lo kaya cicak kepanasan, jadi lo laper?!", ledek Buyar Si Camat.
(menyipitkan mata) "iya gue tau lho anak orang kaya", sindir Inu Gebrot.
"hey, hey, dipondok itu 'ga ada orang kaya dan 'ga ada orang miskin, semua sama. sama-sama tholabul 'ilmi. udah sekarang kita nge-Bir aja, gimana!?", ajak Buyar Si Camat.
"nah, itu baru orang kaya yang dermawan, he he".
"ya udah, hayya nadzhab", ajak Buyar Si Camat cepat-cepat.
"eits, bentar kaya'nya ada yang kurang".
"apa lagi yang kurang ?!, uang ada, baju udah rapi, sandal...mmm?!, ada. udah nadzhab yo', ntar keburu malem".
"hey..hey, gue inget sekarang. (think). lo mau berangkat kehujanan".
"(ngekk, Buyar Si Camat melongok keluar) yang bener aja lo. padang bulang kaya' gini, koh"
"bukan masalah padang bulan ato 'ga. lo inget 'ga tadi pesen Abah apa?!".
"(Buyar Si Camat muter kepala), oh ya ... lupa".
"(gubrak). berapa sih internal lo?!, masa pesen baru tadi pas mujahadah lo lupa".
"nah, berarti sekarang tugas lo yang harus ngingetin gue. udah jangan pake lama. apa pesen Abah?".
"ehm..ehm... Jadi, santri yang 'nda make kupluk, itu berarti kepalanya dikencingi setan..", Inu Gebrot menirukan cara Abah ngendika.
"o, ya ya gue inget sekarang. nah loh, bukannya lo yang belum make kupluk".
"o iya, makanya gue tadi bilang kaya' ada yang kurang".
"udah kan, 'ga ada yang kurang lagi?!", Buyar Si Camat memastikan.
Inu Gebrot dan Buyar Si Camat pergi nge-Bir (nge-Bir @ istilah bagi santri Al-Istiqomah yang mau makan dirumah Bi Birum, yang letaknya di belakang dapur pondok putra. karena dirasa kepanjangan kalo ngucapin Bi Birum, para santri ambil jalan pintas dengan hanya mengambil kata "Bir"nya saja. "nge" yang dalam bahasa jawa bisa diartikan "ke". jadi arti "nge-Bir" sebenarnya @ pergi ke rumah Bi Birum.)
setelah makan, Inu Gebrot dan Buyar Si Camat duduk-duduk didepan kantor pondok. sambil liat-liat santri lain ngalor-ngidul.
"eh, Yar lo liat santri-santri pada keujanan najis" Inu Gebrot mengawali pembicaraan.
"maksud lo?!"
(Inu Gebrot menatap Buyar Si Camat dengan menyipitkan mata, yang mana dapat ditafsirkan dengan pertanyaan, "lo bego amat, apa lo lupa?!")
"eh, oh iya. gue inget lagi sekarang" Buyar Si Camat jawab sambil gelagapan. "mungkin mereka lupa ama pesen Abah".
"mungkin juga ya. tapi gue udah terlanjur kesel liat santri slonang-slonong 'ga pake kupluk".
Inu Gebrot yang udah terlanjur risih dan kesal. memanggil salah seorang santri yang lewat tanpa make kupluk.
"hey, lo !" (sambil nunjuk santri)
"ana ?", jawab santri yang lewat. yang belakangan diketahui namanya adalah wahyu, santri dari rowokele.
"na'an anta" jawab Inu Gebrot kasar.
wahyu yang kelihatannya santri yang baru masuk, berjalan sambil membungkuk-bungkuk merasa masih junior.
(peringatan keras : di pon-pes Al-Istiqomah 'ga ada yang namanya senior junior. yang ada adalah yang besar menyayangi yang kecil, yang kecil menghormati yang besar.)
"eh, lo lupa apa pesen Abah", Inu Gebrot langsung memaki dengan keras.
"pesen apa ya Kang?", tanya Wahyu polos.
"alah, lo pura-pura lupa apa lo emang lupa".
"maaf Kang, saya baru masuk pondok Kang".
(glek, Inu Gebrot ngerasa bersalah. memaki tanpa menanyakan alasannya terlebih dahulu)
"ya udah, sekarang lo ke kamar ambil kupluk, ya. oh, ya. terus kalo mau pergi kemana-mana, jangan lupa pake kupluk, ya".
"ya, Kang"
setelah wahyu pergi, Inu Gebrot kembali duduk-duduk didepan kantor pondok.
(risau)
"kenapa lo?!" tanya Buyar Si Camat.
"gue ngrasa bersalah Yar".
"makanya, kalo mau ngingetin itu make kata-kata yang halus. aah, lo pasti lupa pelajaran akhlakul banat"
"eh, enak aja banat, banin, gue!"
"inget 'ga?!"
"'ga"
"aah, pasti lo molor pas ngaji ya, ngaku aja deeh..?!"
"enak aja lo, ya 'ga ya.."
"iya, 'ga pernah lat...hhaha"
"udah, udah. tadi lo bilang pelajaran akhlakul banin. apa pelajarannya?"
"ya, iya. pelajarannya itu kalo mau mengigatkan orang itu, gunakanlah kata-kata yang halus dan jangan gunakan kata-kata yang kasar ato keras. karena kata-kata yang halus itu bisa membuat hati luluh, nah kalo kata-kata yang kasar ato keras bisa membuat orang lain dendam. mungkin saat lo ngomong orang itu nurut, tapi biasanya memendam marah bahkan dendam".
"oo, begitu. tumben ucapan lo bener"
"enak aja lo bilang 'tumben'".
"oh, ngomong-ngomong, lo punya ide 'ga buat ngingetin santri-santri biar semua make kupluk kaya' pesen Abah.
"mmm, bentar. gue puter otak dulu".
(tik...tok..tik..tok)
"ah lama, lo" ledek Inu Gebrot.
"aha..gue ada ide".
"ma dzalik?".
"gini, santri-santri kan kalo mau keluar lewat gerbang utama. nah gimana kalo kita bikin tulisan "Eling Kupluke Kang!". jawab Buyar Si Camat dengan berbinar-binar.
"wah, ide cemerlang tuh. ya udah, sekarang aja kita buat. biar bisa langsung dipasang".
"sip, tapi pake apa"
"alaah, itu mah gampang. ikut gue"
setelah menemukan ide, Buyar Su Camat ikut Inu Gebrot menuju ke depan masjid yang ada triplek-triplek bekas pembangunan. malam itu juga tulisan "Eling Kupluke Kang!" diselsaikan dan dipasang pada malam itu juga.
...pagi-pagi. Inu Gebrot dan Buyar Si Camat magang didepan gerbang. menunggu para santri lewat. ketika ada santri lewat, Inu Gebrot dan Buyar Si Camat cuma nunjuk ke tulisan "Eling Kupluke Kang!". dan rata-rata balasan para santri cuman nyengir. hehe..
-INTAHA-