Buka tanpa koki
Oleh : @elrosyadi296
Hari telah sore,
jam pun telah menunjukkan pukul 16.00 WIB.
Tak terlihat
kegiatan masak seperti biasanya. Panggok kesepian.
“wah, kokine
balik ngomah”, Faiq menghancurkan keheningan.
“ya ganteni koe
Iq”, Aji menimpali.
“ya, ojo koyo
kui, Ji. Nek nyong masak yo mengko mbok terlalu enak, yo do ketagihan, hehe”,
Faiq menerbangkan diri. Nadanya yang khas, mengundang tawa sepanggok.
“ahaaha, sing ono
paling do mules, kakehen micin”, kholil mencoba menahan Faiq terbang.
[dud..dud..dud...dud...]
terdengar suara motor datang.
“wo, kae sih
kokine datang”, tatap Faiq kepada kemong yang baru datang.
“lah, yo wes
telat wes rep maghrib”, Aji mengeluh
“yo ora too, kae
sih nang kresek ireng. Kan kokine wes masak nang ngumah. Terus di gowo rene,
hehe”, lagi-lagi ucapan Faiq mengundang tawa.
Kemong yang
sedari tadi duduk diatas motor dan sudah mengepulkan rokok, turun dan
meletakkan sebuah kresek hitam.
“lha kui, sih”
Faiq memfokuskan tatapan ke kresek hitam.
Aji pun turun
tangan untuk membuka krese hitam bawaan kemong.
“ahaa, beras
mentah.”
“ya ngonoh nggo
buka Faiq tok, di untut” Kholil menawarkan.
Akhirnya karena
sang koki baru datang dan nggak bawa makanan, panggok pun berbuka dengan
seblastrang kolak [agak sangit]. Alhamdulillah.
Dengan perubahan
secukupnya. 22/05/2018