Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
النُّصُوْصُ قَدْ إِنْتِهَى وَالْوَقَائِعُ غَيْرُ مُتَنَهِيَة # صَلِحٌ لَكُلِّ زَمَان وَمَكَان

cerita masa KKN

Cerita Ka Ka eN
Oleh : @elrosyadi296

Ka Ka eN, sebuah kegiatan yang tidak asing lagi didengar, terutama bagi mahasiswa semester atas. Ka Ka eN menjadi sebuah sarana untuk menunjukkan apa yang telah dicapai dibangku kuliah.
Satu sisi yang menarik dari Ka Ka eN, adalah kisah2 yang dikemas unik oleh para pelaku. Dari yang manis, romantis, bahkan tragis pun ada.
Kali ini gue akan membagikan sedikit kisah2 Ka Ka eN yang gue denger dari kakak2 kelas gue yang udah Ka Ka eN.
Yang pertama, ini adalah cerita Wawa (bukan nama asli), aslinya Amir Hamzah. Ia salah satu mahasiswa siswa IAINU Kebumen, Fakuktas Tarbiyah. Dengan ciri2 gondrong (dulu, sekarang nggak), kulit sawo matang, tapi kematangan, agak tinggi cenderung  pendek. Terkenal dengan nama Wawa di pondok gue. Kamu coba aja cari orang yang bernama Amir Hamzah, pasti nggak bakal ada yang tahu (kecuali yang seangkatan atau yang sudah sepuh). Tapi kalo kamu udah nyebutin “wawa”, pasti rata2 bilang : “oo, kang wawa”.
Cerita si wawa itu gue denger pas lagi “gendu2 rasa” di panggok. Mengenai kisahnya semasa akan penutupan Ka Ka eN.
-----
Panggok (entah tanggal berapa gue lupa), yang jelas saat itu malam hari. Disitu ada barkowi, kemong, aji, gue, ghoteng, dan wawa.
“wush, jyan, penutupan Ka Ka eN ku,... rungseb”, wawa memulai pembicaraannya.
“Ka Ka eN neng pucuk gunung (dengan nada agak mengejek)... huh, yo rekoso”, Aji menimpali dengan mendongakkan kepala, gaya mengejek.
“ha..ha..melase jyan. Nggenku lancar jaya, iya ora Bar..?”, sahut kemong dengan menceri dukungan Barkowi.
“yo mesti, sopo set ketuane”, Barkowi menjawab dengan nada menyombongkan dirinya, yang memang satu grup dengan kemong dan menajdi ketua.
“up..!” sahut kemong singkat.
“Yo tapi, lancar orane penutupan Ka Ka eN, kui kabeh mesti ono hikmahe, Wa.!”, Barkowi mencoba memberi dukungan kepada wawa yang dari tadi diserang.
“oh, iya ya” jawab wawa singkat.
“ha,... siji kejadian, sing jyaann, duh...duh, kethone nelangsanine poll”, nada bicara wawa mulai hiperbolis ketika mengingat satu kejadian pas Ka Ka eN. Raut mukanya pun berubah, antara senang, sedih, terharu, dan ....(more)
“kejadiane piye lah..”, timpal ghoteng meremehkan.
“kejadiane kiye yah, pas h-1 penutupan Ka Ka eN”, wawa menjelaskan waktu kejadian.
“anu kepriwe..anu kepriwe”, aji mulai nimbrung.
“dadi ya, pas kui. Jyan. Nelangsa.. nelangsanine polllangsa.. nelangsanine poll. H-1 be wes sore, awaku muter2 gunung, golet sayur, ora nemu2. Muter..muter, eh dilalah ya, nang dalan papasan karo salah siji perangkat desa. Nembe balik ngarit. Awaku takon”,
“saking pundi, pak ?”, tanya wawa
“iki, nembe balik ngarit mas”, jawab pak perangkat.
“punten, ngarit nopo nggeh..?”, wawa nanya lagi.
“iki ngarit godhong budin, nggo ramban wedus”
Pikiran wawa sepertinya mendapat wangsit.
“punten nggeh pak, punten sanget niki. Nek purun, kulo ajeng nyuwn sekedik, pak ?!”
Wawa memelas.
“eh, nggo ngapa mas ..?”, tanya pak perangkat keheranan.
“he..he..niku ngge prasmanan ngenjang”, jawab wawa agak malu2.
“apa enak mas..?”
“uh, insya Alloh enak pak”, wawa meyakinkan “kokine mpun terlatih, he..he”, tambah wawa.
“ya, wes lah. Monggo jiot sak butuhe”, pak perangkat mempersilahkan.
“alhamdulillah”, wawa bersyukur.
------------
“dadi koe, gawe sayur prasmanan nganggo rit-ritan godhong budin, duh..cup..cup..., jyan”, kemong melempar serangan.
“hebat..hebat”, aji menyerang dengan pujian.
“ha...ha, sing diundang wedus ya wa..?”, barkowi terang-terangan menyerang.
“hush, kue be wes syukur nemu sayur, lha nek ora, tamune kon ngletak piring”, balas wawa.

Cerita Ka Ka eN kedua,
Cerita (peristiwa) ini dialami oleh seorang mahasiswa yang Ka Ka eN di kecamatan Klirong.
Sebut saja Misman. Dia dan kelompoknya sedikit mengalami peristiwa yang membangkitkan bulu kuduk.
Kejadiannya saat para mahasiswa masih menginap di klomplek kelurahan.  Suatu malam, saat mereka masih sedang tertidur. Pintu terketuk oleh sesuatu. Misman membuka pintu dengan mata redup2, mencoba mengecek keadaan. “aman”. Misman pun kembali tidur.
Untuk kedua kalinya, pintu terketuk. Giliran teman misman yang membuka pintu (noname). Saat ia membuka pintu. Sontak ia pun kaget, melihat sesosok pocong yang sedang “ungkang2” (@ suatu keadaan duduk, dengan menggerak2 kan kaki) di bangku depan kelurahan. Ia pun langsung melejit lari dan ikutan nimbrung tidur diantara teman2nya. Dan setelah itu, tidak ada yang mau membukakan pintu hingga pagi. Dan di pagi harinya, mereka satu rombongan pindah penginapan.
Ada riwayat, yang mengatakan bahwa saat Misman membuka pintu, ia sudah melihat si pocong, tapi ia diam saja.