Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
النُّصُوْصُ قَدْ إِنْتِهَى وَالْوَقَائِعُ غَيْرُ مُتَنَهِيَة # صَلِحٌ لَكُلِّ زَمَان وَمَكَان

Hikmah Mengingat Mati Dalam Tradisi Tahlilan


Tahlilan merupakan sebuah tradisi masyakarat Indonesia, khususnya orang Jawa. Dimana tradisi tahlilan dilakukan unuk mendo’akan orang yang sudah meninggal dunia. Untuk waktu, biasanya dilakukan ketika sudah 7 hari (mitoni), 40 hari (matangpuluh), 100 hari (nyatus), 100 hari (nyewu), dan setiap tahun (naun). 

Tujuan dari tradisi tahlilan salah satunya adalah untuk mengingat mati. Disebutkan oleh Syekh Qurtubi dalam kitabnya, Tadzkiroh. Bahwa orang yang mengingat mati, itu : 

Pertama, menyegerakan/cepat-cepat bertaubat. Karena tradisi tahlilan adalah untuk mendo’akan orang mati, terlebih jika yang meninggal adalah kwan dekat yang seumuran, maka itu akan lebih menyentuh hati seseorang. Sehingga efek untuk cepa-cepat bertaubat akan lebih berdampak. 

Kedua, tidak rakus. Dengan mengingat mati, maka kita akan ingat bahwa saat kita mati tidak akan membawa apa-apa, sehingga kita pun tidak akan rakus dengan apa yang ada karena pada akhirnya, tidak akan ada yang dibawa saat mati. 

Ketiga, rajin beribadah. Dengan mengingat mati, kita akan mengingat juga bekal yang akan kita bawa. Dan saat kita merasa bahwa bekal yang kita bawa belum mencukupi maka kita akan berusaha untuk mencukupinya, yaitu dengan cara rajin beribadah. 



Disarikan dari Mau’dhoh K.H. Ali Mu’in Amnur, Lc. M.Pd.I

Post a Comment for "Hikmah Mengingat Mati Dalam Tradisi Tahlilan "