Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
النُّصُوْصُ قَدْ إِنْتِهَى وَالْوَقَائِعُ غَيْرُ مُتَنَهِيَة # صَلِحٌ لَكُلِّ زَمَان وَمَكَان

Biografi Tanthawi bin Jawhari Pengarang Kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an al-Karim

Tanthawi bin Jawhari al-Mishriy lahir pada 1287 H/1862 M di desa 'Iwadillah, di provinsi administratif Mesir Timur, dan beliau wafat pada tahun 1358 H/ 1940 M.

Sejak kecil, Thanthawi dikenal sebagai anak yang rajin dan sangat mencintai agamanya. Ia berasal dari keluarga petani yang sederhana. Namun demikian, keadaan ini tidak menyurutkan semangat belajarnya untuk menuntut ilmu. Dia memulai giat belajar di al-Ghar, meskipun harus sambil membantu orang tuanya yang berprofesi sebagai betani. Ia juaga belajar kepada orang tuanya sendiri dan pamannya, Syaikh Muhammad Syalabi. Selain itu ia juga belajar disekolah ditempat ia dilahirkan.

Meskipun orang tuanya sebagai seoarang petani, akan tetapi ia adalah seorang tokoh agama di daerahnya yang sangat memperhatikan pendidikan anaknya. Dia sangat mendorong anaknya untuk menjadi oarang yang terpelajar dan terdidik. Oleh karena itu,ia menyuruh agar Thanthawi melanjutkan studinya di Al-Azhar Kairo.

Di universitas Al-Azhar, ia bertemu dengan banyak tokoh pembaharu terkemuka di Mesir pada saat itu. Diantara tokoh-tokoh yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadiannya adalah Muhammad Abduh. Baginya, Abduh bukan sekedar guru, tetapi juga mitra dialog. Pergesekan pemikirannya dengan Muhammad Abduh memercikkan pengaruh besar Thanthawi Al-Jauhari pada pemikiran dan keilmuannya terutama dalam bidang tafsir.

Sebagai akademisi, Thanthawi aktif mencermati perkembangan ilmu pengetahuan. Caranya beragam, mulai dari membaca berbagai buku, menelaah artikel di media massa, hingga menghadiri berbagai seminar keilmuan. Dari beberapa ilmu yang dipelajarinya, ia tergila-gila pada ilmu tafsir.

Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an al-Karim adalah bentuk dari kepedulian dan kecintaannya terhadap Al-Qur’an. Dengan kemampuannya ia berusaha menafsirkan Al-Qur’an yang bercorak ilmu pengetahuan yang memang sangat dibutuhkan oleh umat Islam saat ini.

Setelah berhasil menyelesaikan studinya di Al-Azhar, kemudian Thanthawi melanjutkan studinya di Dar Al-‘Ulum dan menamatkannya pada tahun 1311 H./1893 M. Atas bimbingan Muhammad Abduh, yang telah membuka cakrawala pemikirannya yang demikian luas ketika belajar di Al-Azhar.

Setelah studinya selesai, Thanthawi memulai kiprahnya sebagai pendidik. Pada mulanya, menjadi guru madrasah ibtida’iyah dan tsanawiyyah, selanjutnya ia memberi kuliah di Universitas Dar al-‘Ulum. Pada tahun 1912, ia diangkat sebagai dosen di al-Jami’ah al-Mishriyyah dalam mata kuliah filsafat islam. Bahkan ia aktif menulis dalam rangka memberikan semangat terhadap gerakan kebangkitan dan kehidupan umat, dan tulisannya dimuat di koran al-Liwa.

Sebagai seoarang cendikiawan, Thanthawi selalu aktif mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, baik melalui buku-buku maupun melalui majalah dan surat kabar. Di samping itu, ia selalu aktif menghadiri pertemuan ilmiah dalam berbagai bidang. Ilmu pengetahuan yang lebih menarik perhatiannya adalah ilmu tafsir. Ia juga tertarik pada ilmu fisika, ilmu yang dipandangnya dapat menjadi penangkal kesalahpahaman orang menuduh bahwa islam menentang ilmu dan tekhnologi modern.

Karena kegemaran dua disiplin ilmu yang saling dipadukan, dan disertai penguasaan ilmu tafsir dan ilmu-ilmu pengetahuan ini, akhirnya lahirlah pemikiran tafsirnya dengan argumentasi-argumentasi ilmiah yang cukup menggemparkan Mesir pada saat itu.



Referensi :
  1. Shohibul Adib dkk, Profil Para Mufassir Al-Qur’an dan Para Pengkajinya, (Tangerang Selatan: Pustaka Dunia, 2001), h. 169.

Post a Comment for "Biografi Tanthawi bin Jawhari Pengarang Kitab Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an al-Karim"