Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
النُّصُوْصُ قَدْ إِنْتِهَى وَالْوَقَائِعُ غَيْرُ مُتَنَهِيَة # صَلِحٌ لَكُلِّ زَمَان وَمَكَان

Sumber Penafsiran Tafisr Al-Jawahir

A. Tafsir bi al-Ma’tsur

Biarpun tafsirnya bercorak ilmi, Syiakh Thanthawi tetap menggunakan riwayat atau hadits nabi, karena tafsir bi al-Ma’tsur merupakan sebuah keharusan dalam menafsirkan Al-Qur’an. Hal ini karena ayat-ayat yang ditafsirkan oleh ayat lain dan hadits-hadits shahih tidak diragukan lagi bahkan harus diterima karena tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an dianggap berasal dari Allah yang mengetahui kandungan sebenarnya dari ayat tersebut. Sementara tafsir ayat dengan hadits shahih pun harus diterima karena apa yang disabdakan Nabi juga merupakan wahyu dari Allah.

B. Tafsir bi al-Ra’yi

Nabi Muhammad SAW tidak menafsirkan seluruh ayat. Maka dari itu diperlukan penalaran (ijtihad) untuk menafsirkan ayat Al-Qur’an. Oleh karena itu, Syaikh Thanthawi dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an beliau menggunakan pendekatan ilmiah dengan memberikan uraian yang panjang tentang penemuan-penemuan ilmiah yang sering disebutnya dengan istilah lathā’if atau jawāhir dan mengutip pendapat-pendapat ilmuan barat dan timur. Tujuannya tidak lain untuk menunjukkan bahwa Al-Qur’an telah menjelaskannya lebih dulu dari ilmuwan-ilmuwan modern itu.

Contoh penafsiran Thanthawi al-Jauhari:

ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ )٤١ 

Artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Dengan ayat ini beliau mengaitkan penyakit-penyakit, tugas manusia sebagai khalifah dan kesabaran. Adapun dalam penafsirannya Thanthawi membagi kerusakan dalam dua bentuk yakni :

1. Kerusakan yang berasal dari manusia

Yang dimaksud dengan kerusakan yang berasal dari manusia yakni kerusakan-kerusakan akibat hawa nafsu manusia. Bagi Thanthawi manusia sebagai khalifah di bumi seharusnya dapat bersikap adil terhadap sesamanya maupun terhadap makhluk lainnya, adil yang bagaimana yang dimaksud? Adil maksudnya seperti apabila manusia mengambil manfaat dari makhluk lainnya maka ia harus memberikan timbal balik sehingga terjadi keseimbangan antara keduanya. Kerena sesungguhnya antara manusia dan makhluk lain serta ala mini sama-sama saling membutuhkan. Jika keadilan tersebut sudah ddapat tercapai maka manusia baru dapat dikatakan berhasil dalam tugasnya sebagai khalifah di muka bumi.

2. Kerusakan yang berasal dari alam

Yakni hewan kecil seperti mikroba dan virus yang membawa penyakit. Oleh karena itulah, dalam penafsirannya ia menjelaskan mengenai penyakit. Menurut Thanthawi dalam menghadapi kerusakan-kerusakan alam yang semakin banyak terjadi, manusia harus bersabar, akan tetapi sabar yang bagaimana yang dimaksud? Sabar yang dimaksud adalah sabar yang berarti menahan hawa nafsu. Dan dengan bersabar berarti telah mencegah banyaknya kerusakan yang terjadi. Akan tetapi sabar tersebut juga harus diikuti dengan beberapa tindakan penanggulangan terhadap kerusakan-kerusakan yang terjadi. Jadi, begitu penting tugas manusia sebagai khalifah untuk selalu menjaga dan melestarikan alam dan bukan berarti memanfaatkan secara berlebihan atau mengeksploitasinya, yang berakibat semakin banyaknya kerusakan-kerusakan yang terjadi.

Post a Comment for "Sumber Penafsiran Tafisr Al-Jawahir"