Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
النُّصُوْصُ قَدْ إِنْتِهَى وَالْوَقَائِعُ غَيْرُ مُتَنَهِيَة # صَلِحٌ لَكُلِّ زَمَان وَمَكَان

Cara Al-Qur’an dalam Berdebat

Al-Quran sebagaimana diketahui bukan buku logika atau mantiq yang menguraikan cara-cara berdebat; dan bukan pula buku ilmiyah yang memuat buku teori ilmu pengetahuan. Al-Quran ialah kitab hidayah yang penuh oleh petunjuk langsung dari pencipta manusia dan alam semesta, yakni Allah SWT. Petunjuk atau tuntunan yang di berikan Al-Quran itu bersifat abadi dan universal. Artinya, petunjuk tersebut berlaku sepanjang masa bagi semua umat manusia, generasi demi generasi secara berkesinambungan sejak mula diturunkan Allah sampai hari kiamat. Jadi, dimanapun mereka berada, baik di barat, maupun di timur, di utara, ataupun di selatan, semuanya berhak menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup mereka. Berdasarkan kenyataan itu, maka tak ada yang berhak mengklaim secara individual, maupun berkelompok bahwa dia atau golongannya saja yang boleh mengambil petunjuk dari Al-Quran sementara yang lain tidak boleh.

Mengingat kondisi yang demikian, maka dalam mengajak umat kepada kebenaran, Al-Quran menggunakan berbagai pola kalimat dan susunan redaksi yang bervariasi seperti majas, kinayat, tasybih, matsal, dan lain-lain. Kemudian untuk membuktikan kebenarannya serta mematahkan argument orang yang menantangnya, Al-Quran menggunakan apa yang disebut jadal seperti telah dikemukakan di atas. Namun cara Al-Quran dalam menerapkan jadal tersebut berbeda sama sekali dari yang dilakukan oleh kaum teolog. Kalau mereka ini dalam berdebat memakai premis-premis (mayor dan minor), misalnya, kemudian di ambil kesimpulan, maka dalam Al-Quran cara serupa itu tak dijumpai.

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut yang ada dalam S: Al-Isra’: 12.

“(Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua bukti (kekasaan dan Kebesaran Allah) lalu kami hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang agar kamu gunakan untuk mencari karunia dari Tuhan-Mu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun perhitungan)”
Tanpa berfikir panjang tampak dengan jelas bahwa makna ayat diatas memberikan argument yang tegas kepada umat manusia tentang eksistensi Allah, keesaan dan kemahakuasaan-Nya sekaligus dengan mengemukakan bukti yang konkret berupa penciptaan alam semesta seperti langit dan bumi, penurunan air dari langit, pergantian siang dan malam dsb. Semua itu merupakan bukti yang tak terbantah ataskeberadaan Allah, keesaan dan kekuasaan-Nya.

Dari gaya berdebat yang diterapakan oleh Al-Quran, kita memperoleh gambaran bahwa dalam mengemukakan suatu pernyataan, Al-Quran selalu mengemukakan bukti yang kuat sehingga sulit sekali untuk dibantah oleh siapa pun, dan dapat dipahami oleh semua lapisan masyarakat dari generasi ke generasi berikutnya.

Jelasalah bahwa cara yang ditempuh Al-Quran dalam berdebat sangat simple, praktis, mudah di pahami oleh semua lapisan masyarakat dan didukung oleh bukti-bukti yang representative serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiyah. Dan ketahuilah, bahwa terkadang Nampak dari ayat-ayat Quran melalui kelembutan pemikiran, penggalian dan penggunaan bukti-bukti rasional menurut metode ilmu kalam Diantaranya ialah pembuktian tentang pencipta alam ini hanya satu, berdasarkan induksi yang diisyaratkan dalam firman-Nya.

“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah hancur binasa”.

1 comment for "Cara Al-Qur’an dalam Berdebat"

  1. Temukan Informasi menarik mengenai dunia perkuliahan hanya disini walisongo.ac.id

    ReplyDelete